Lihat ke Halaman Asli

Boy N.

A story teller

Ramadan yang Terselip dalam Ingatan

Diperbarui: 29 Maret 2024   13:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Ramadan di tahun 90an. (Pexels.com/Tan Danh) 

Selalu ada kenangan khas dari Ramadan sepanjang perjalanan manusia di Indonesia.

Mau dia muslim atau bukan, harus diakui atmosfir bulan yang dianggap suci oleh umat Islam itu terasa berbeda dari 11 bulan lainnya.

Meskipun ada sebagian yang merasa bahwa tiap tahun ada semacam penurunan gairah menjalani Ramadan, tetap saja Ramadan adalah Ramadan.

Kehadiran bulan ini terasa mengejutkan bagi sebagian orang akibat tekanan dan desakan rutinitas harian.

Tak heran dan tidak berlebihan pula jika ada pernyataan klise seperti "tak terasa sudah bertemu Ramadan lagi".

Entah kalimat itu jujur atau tidak dari si pengucap/penulis, bagi saya bodo amat.

Ramadan adalah Ramadan. Yang kehadirannya bisa lumayan mengejutkan.

Seperti plesetan penggalan lirik lagunya; "Ramadan tiba, Ramadan tiba. Tiba-tiba Ramadan, tiba-tiba Ramadan".

Lalu, besoknya sudah tiba-tiba Lebaran.

Ramadan akan selalu terselip dalam lipatan ingatan manusia Indonesia. Sedari kecil ketika sudah memiliki kemampuan mengingat, hingga usia puluhan tahun atau telah berkeluarga.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline