Ada hal-hal yang kita rindukan pada masa itu. Bukan karena masih dipimpin oleh Orde Baru, ini bukan membahas tentang masalah politik. Tapi tentang kehidupan sosial kita ketika kecanggihan teknologi belum meracuni dan membuat kita layaknya orang autis yang begitu menikmati aplikasi gadget kita. Apa saja sih yang bikin kita rindu akan masa-masa itu? 1. Berangkat sekolah cegat mobil bak. Hayo ngaku, siapa saja yang pernah ngalamin kejadian di atas? Pasti anak-anak sekolah di zaman 90-an pernah merasakan pengalaman nyetopin mobil bak untuk nebeng minimal sampai daerah deket sekolah. Bukan tanpa alasan, karena pada saat itu para sopir angkot terkesan malas untuk mengangkut anak sekolah dengan alasan bayarnya cuma setengah harga. Jadi otomatis para sopir mobil bak atau truk tanah kebagian apes untuk merelakan mobil mereka diserbu oleh penumpang gelap. Kalo sekarang sih mungkin para sopir angkot itu pada kualat ya? Abis anak-anak sekolah sekarang pada bawa motor sendiri sih. Bahkan kini parkiran sekolah nggak jauh beda sama parkiran mall. Rame banget motornya... 2. Bolos sekolah demi main Ding-Dong
Jauh sebelum masanya console game macam Nintendo, Sega, apalagi Play Station muncul, inilah mainan favorit masyarakat jelata pada zaman itu. Cukup menukarkan koin seharga Rp 100, maka kita akan sangat puas bermain game yang kebanyakan isinya adalah bertema duel macam Street Fighter dll. Cuma nggak enaknya pada saat itu di arena Ding Dong banyak premannya, biasanya mereka suka mintain duit anak-anak sekolah (istilahnya malak) buat beli rokok. Selain itu juga kebersihannya nggak terjaga, maklum tempat-tempat ini biasanya ada di pasar tradisional atau kios pinggir jalan.
3. Nungguin video klip artis favorit di MTV [caption id="" align="alignnone" width="566" caption="mtv-logo.jpg"] [/caption]
Whoa, jangan ngaku anak ghaol kalo elo nggak update video klip atau album terbaru dari artis favorit lo di MTV. Kemunculan MTV pertama kali itu di stasiun televisi ANTV pada tahun 1993, dulu sih waktu pertama nonton itu VJ-nya adalah Sarah Sechan. Dan seluruh acara MTV itu bener-bener ngupas abis masalah musik, mulai dari awal karirnya, pembentukan grupnya, pembuatan video klip, bahkan sampai kelakuan para musisi benar-benar ditayangin oleh MTV. Para VJ-nya pun berkualitas, selain Sarah Sechan, sejumlah nama VJ MTV yang sukses adalah Nirina Zubir, Arie Untung, Shanty, Cathy Sharon, Evan Sanders, hingga Daniel Mananta. Bandingkan dengan acara musik sekarang yang isinya cuma joget kucek-kucek, jemur-jemur dan pembawa acaranya cuma ngebanyol konyol dan buka-bukaan aib.
4. Tayangan sinetron yang berkualitas dan mendidik [caption id="" align="alignnone" width="591" caption="si-doel.jpg"] [/caption] Malam-malam pantengin RCTI buat nonton kekocakan keluarga Betawi ini memang sesuatu yang sangat ditunggu oleh pemirsa era 90an. Bahkan meskipun sudah hampir dua dekade dari awal kemunculannya di RCTI pada tahun 1994, terbukti sinetron ini masih diminati oleh masyarakat apabila ditayangkan kembali di layar kaca. Sebenarnya bukan hanya sinetron Si Doel Anak Sekolahan, berbagai tayangan di televisi pada saat itu memang sangat berkualitas dari segi konten dan isinya. Sebut saja sinetron Keluarga Cemara, Dua Sahabat, Satu Kakak Tujuh Ponakan, bahkan sampai drama klasik macam Wiro Sableng. Coba bandingkan dengan sinetron saat ini yang isinya cuma kehidupan glamour, rebutan pacar, perselingkuhan, atau dendam kesumat. By The Way, masih ingatkah kalian dengan nasehat Babeh Sabeni (Benyamin. S) kepada Si Doel (Rano Karno) bahwa ia ingin lihat anak Betawi jadi Gubernur? Omongan itu terbukti saat ini dimana Rano Karno telah menjadi Plt Gubernur Banten... 5. Kirim-kirim salam dan update lagu baru lewat Radio
Jauh sebelum ada teknologi bernama pager, e-mail, dan SMS nongol, orang-orang menggunakan jasa penyiar radio untuk memberikan salam dan juga me-request lagu kesukaannya. Bahkan sebelum televisi mulai merakyat, radio di era 80-an menyajikan acara sandiwara radio. Diantaranya yang tenar adalah drama Saur Sepuh dan Mak Lampir. Tapi kini radio sudah mulai ditinggalkan oleh para pendengar sejak era internet sudah mulai menjalar dan menjadi kebutuhan pokok masyarakat perkotaan. Dapatkah radio tetap eksis beberapa tahun ke depan?
6. "Asbak" buku jimat pergaulan [caption id="" align="alignnone" width="210" caption="asbak_asaltebak_4034.jpg"] [/caption]
Apa persamaannya tempe hangus sama orang mati tenggelam? Sama-sama telat diangkat. Lalu apa bedanya Benteng sama WC? Kalo Benteng diserang dulu, baru diduduki. Kalo WC diduduki dulu, baru diserang. Apa Bahasa jepangnya "Orang naik motor"? Yamaha Kunaiki. Tukang apa yang kalo dipanggil malah lari? Tukang Copet. Hal-hal kayak gitu seakan menjadi ice breaker pergaulan anak muda era 90-an. Kayaknya obrolan nggak rame kalo nggak punya tebak-tebakan. Dan buku "Asbak" ini seakan menjadi jimat sebagai contekan. Sayang, buku ini cuma keluar dua kali, padahal kalo diperbanyak lagi, dijamin buku macam itu akan tetap jadi best seller.
7. Telepon Umum, sahabat para bujang [caption id="" align="alignnone" width="580" caption="telepon umum"] [/caption]
Handphone pada masa itu masih menjadi sesuatu hal yang mewah. Boro-boro handphone, telepon rumah aja masih bisa dihitung. Bahkan pada saat itu orang yang pertama kali memasang telepon rumah, biasanya juga dimanfaatkan untuk membuka jasa telepon coin. Tapi jangan harap lo bisa ayang-ayangan sama si doi, yang ada bilik telepon lo bisa digedor-gedor orang yang pada ngantri. Sekarang? tukang gorengan aja pada punya HP cuy! Padahal dulu bilik telepon umum itu juga berjasa untuk tempat "ganti baju"-nya Superman loh, hehehe...