Lihat ke Halaman Asli

Dua Penghargaan FVE 2011 untuk Film-film Purbalingga

Diperbarui: 26 Juni 2015   00:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Film-film Purbalingga kembali menyabet penghargaan. Kali ini di ajang Festival Video Edukasi 2011. Film fiksi berjudul “Endhog” sutradara Padmashita Kalpika Anindyajati dan film dokumenter “Belajar Sejarah Dunia Lewat Logam dan Kertas” yang disutradarai Annisah Nur Adinah dianugerahi Film Terbaik I dan Film Terbaik III Klasifikasi Mahasiswa.

Penganugerahan festival video yang diselenggarakan Balai Pengembangan Media Televisi (BPMT) Pusat Teknologi Komunikasi (Pustekkom) Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) ini digelar di Kelapa Gading Mall, Jakarta, Kamis sore, 27 Oktober 2011.

Film “Endhog” berkisah tentang dua murid Kejar Paket A yang sedang melakukan eksperimen untuk membuktikan makhluk hidup jenis melahirkan dan bertelur. Sampai pada akhirnya, kedua murid itu dihadapkan pada kenyataan apakah Ibu Haji yang berjilbab bertelur atau melahirkan karena telinganya tak terlihat? Film berdurasi 15 menit ini bergenre humor dengan balutan dialog Banyumasan yang kental.

Penghargaan di FVE ini menurut Pika, panggilan Padmashita Kalpika Anindyajati, menjadi media memperkenalkan dan melestarikan bahasa Banyumas. “Sebagai anak muda, kami bangga memiliki dan menggunakan bahasa Banyumasan,” ungkap mahasiswi Jurusan Media Rekam Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta ini.

Film “Endhog” sempat menyabet penghargaan Film Fiksi Terbaik dan Film Fiksi Favorit Pentonton Festival Film Purbalingga (FFP) 2010 serta menjadi Finalis Festival Film Solo (FFS) 2011 kategori Gayaman Award.

Sementara dokumenter “Belajar Sejarah Dunia Lewat Logam dan Kertas” mengangkat Museum Uang Purbalingga. Museum yang dibangun Pemkab Purbalingga ini memiliki koleksi mata uang 134 negara termasuk Indonesia. Dalam film tersebut terungkap bagaimana pengelola museum tidak mempunyai banyak kemampuan untuk memperkenalkan museum secara lebih luas.

Menurut Nesyah, panggilan Annisah Nur Adinah, sebagai pemuda Purbalingga, ia ingin museum uang sebagai salah satu aset daerah mempunyai nilai guna bagi anak muda. “Berharap lewat penghargaan ini, akan berpengaruh terhadap keberadaan museum uang dan membuka mata Pemkab untuk melibatkan anak muda di dalamnya,” ujar mahasiswi Jurusan Prodi Kebidanan STIKES Harapan Bangsa Purwokerto.

Film berdurasi 15 menit ini juga pernah mendapat penghargaan Editor Terbaik Festival Film Anak (FFA) 2011, Official Selection Festival Film Purbalingga (FFP) 2010, dan Top 11 Official Screening Tourism Movie Competition 2011.

Pegiat Cinema Lovers Community (CLC) Purbalingga Muhammad Febrianto mengatakan disetiap penyelenggarakan FVE, film-film Purbalingga selalu mendapat tempat. Pada FVE 2007, film “Senyum Lasminah” sutradara Bowo Leksono menyabet Terbaik II dan FVE 2008 film “Cuthel” sutradara Uswantoro dan Agus Sudiono menyabet Terbaik I. Dua tahun FVE vakum dan kembali digelar di tahun ini,” katanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline