Negara dengan populasi pulau yang terbesar di dunia dan dilintasi garis khatulistiwa ini dahulunya adalah negeri tempatnya para raja. Tempatnya para pemimpin dengan pengikut (penduduk setempat) yang berjumlah cukup banyak. Tempat dimana dulunya negeri ini dipimpin oleh banyak orang (Raja) yang mengepalai suatu daerah atau wilayah kekuasaannya. Kebanyakkan orang tentunya sudah mengetahui mengenai hal itu. Tercatat ada puluhan bahkan ratusan kerajaan yang tersebar di negeri ini. Sebut saja beberapa kerajaan yang terkenal di Nusantara antara lain : - Demak :Kerajaan Islam pertamadiJawa yang didirikan diDemakpada tahun1478olehRaden Patah. - Daha : KerajaanHinduyang pernah ada diKalimantan Selatan, dengan Raja bernama Raden Sekar Sungsang - Deli : Kerajaan yang pernah ada di Sumatera, Aceh. - Gowa : Kerajaan yang pernah ada di Sulawesi Selatan, dengan Raja bernama Sultan Hasanuddin. - Giri Kedaton : Kerajaan Islam di Gresik, Jawa Timur, dengan Raja bernama Raden Paku. - Majapahit : Kerajaan Hindu-Buddha yang berdiri sekitar tahun1293hingga1500M. Dengan Raja pertama Kertarajasa Jayawardhana. Dan Hayam Wuruk adalah Raja keempat Majapahit yang sangat terkenal. - Larantuka : Kerajaan yang pernah ada di Pulau Flores - Sriwijaya : Kerajaan yang pernah ada di Pulau Sumatera. Dengan Raja pertama bernama SriJayanasa - Tarumanagara : Kerajaan yang pernah bermukim di tanah Sunda - Kutai : Kerajaan yang pernah ada di Provinsi Kalimantan Timur. Dengan Raja pertama bernama Maharaja Kundungga. Dan Maharaja Mulawarman adalah Raja ketiga Kutai yang sangat terkenal. - Mataram : Kesultanan Mataram yang pernah ada di Pulau Jawa, dan dipimpin oleh Raja Ki Ageng Sela alias Ki Ageng Pemanahan yang konon ada hubungan darah dengan kerabat kerajaan Majapahit. - Singosari : Kerajaan yang berada di wilayah Jawa Timur yang didirikan oleh Raja Ken Arok. - Tidore : Kerajaan yang pernah ada di wilayah Kota Tidore, Maluku Utara. - Dan kerajaan lainnya.
Dapat disimpulkan pada kerajaan-kerajaan diatas, bahwa setiap daerah di Nusantara ini memiliki kerajaan yang bermukim dan berkuasa nun jauh berabad-abad silam. Negeri yang kaya akan kerajaan ini juga dulunya kaya dengan berbagai macam agama, bahasa, seni, dan adat-istiadat setempat yang sangat kental mewarnai tiap-tiap kerajaan di negeri ini yang bernama Hindia Belanda ketika dalam masa penjajahan dulu. Dan sejak zaman kemerdekaan hingga sekarang negeri ini merubah namanya menjadi Indonesia.
Kerajaan-kerajaan tersebut tentunya meninggalkan rekam jejak berupa warisan budaya. Warisan budaya yang di masa depan kelak juga sebagai identitas bangsa Indonesia. Identitas negara yang dewasa ini dikenal sampai ke mancanegara. Bahkan beberapa negara mempelajari warisan budaya Indonesia. Sebut saja : Gamelan, Wayang, dan lain sebagainya. Bukan main kayanya tanah Nusantara ini bukan ?.
Tetapi sungguh sayang, kebanyakkan orang seperti sudah melupakan akar budayanya masing-masing. Bahkan beberapa orang menganggap warisan budaya adalah hal kuno dan terbelakang. Biasanya orang-orang ini mengagungkan sisi modernitas, yang mana segalanya diukur dari modernitas semata. Bahasa sehari-harinya untuk menggambarkan fenomena tersebut seperti ini : “Hari begini belajar gamelan, wayang, nggak gaul lo”. Ujar orang tersebut sambil tertawa seperti tak menyadari bahwa kerajaan bagian dari Indonesia.
Seringkali kebanyakkan orang juga lupa makna Jasmerah.Mengutip dari isi pidato Presiden RI pertama Soekarno pada HUT RI 17 Agustus1966. “Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah”. Dimana bisa diartikan, bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarahnya. Ya, itulah makna Jasmerah (Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah) yang didengung-dengungkan hingga sekarang ini.
Jika anda mempunyai waktu luang atau libur. Cobalah datang ke suatu tempat, tempat dimana warisan budaya Indonesia ada, dirawat dan dijaga. Jika domisili anda di ibukota, museum sejarah adalah tempat yang tepat untuk mempelajari dan memahami bagaimana bangsa ini berkembang yang mulanya tanah kerajaan, masa penjajahan, masa kemerdekaan, hingga sekarang ini masa metropolitan. Namun, jika domisili anda ada di sebuah daerah, akan ada banyak tempat yang bisa anda kunjungi. Contohnya saja : candi, masjid peninggalan sejarah, dan situs tempat peninggalan sejarah lainnya.
Berwisata ke situs warisan budaya kerajaan Indonesia adalah hal yang aku tunggu ketika ada kesempatan mengunjungi rumah nenek di kala mudik lebaran tahun lalu (2011), di Desa Lopait, Salatiga, Semarang, Jawa Tengah. Dan memang ada banyak tempat sejarah yang bisa dikunjungi di sekitaran wilayah Semarang. Dari warisan zaman kerajaan hingga masa kemerdekaan. Sebut saja : Klenteng Sam po Kong, Kelenteng Tay Kak Sie, Lawang Sewu,Pagoda Avalokitesvara di Vihara Buddhagaya Watugong, Museum Perkembangan Islam Jawa Tengah, Museum Ronggowarsito, Museum Mandala Bakti, Museum Perjuangan Palagan Ambarawa / Museum Kereta uap Ambarawa, Candi Tugu, dan Candi Gedong Songo.
Dan tempat sejarah yang aku kunjungi adalah Candi Gedong Songo pada saat libur lebaran tahun yang lalu. 2 tahun sebelumnya sudah pernah berwisata ke Museum Perjuangan Palagan Ambarawa, dan sempat berkeliling sekitaran Ambarawa hingga melewati tempat wisata Danau Rawa Pening dengan menumpang kereta uap peninggalan sejarah kemerdekaan. Pada saat itu, dengan menumpang bus arah bawen, aku bersama keluargaku berwisata kesana.
Karena aku tidak mempunyai kamera digital, ataupun handphone yang dilengkapi dengan kamera pada saat itu. Maka aku tidak bisa menghadirkan foto untuk para pembaca kompasiana untuk mendeskripsikan bagian tulisan ini mengenai berwisata ke museum perjuangan palagan Ambarawa. Namun izinkan untuk membagi sedikit informasi mengenai museum perjuangan palagan Ambarawa, sebelum menceritakan saat berwisata ke Candi Gedong Songo, tentunya dengan dilengkapi dengan foto. Meskipun pada saat itu, handphone yang aku punya dengan fitur kamera hanya beresolusi VGA (Video Graphics Adapter). Jadi kualitas gambar menjadi tidak bersih, dan cenderung blur.
Museum Palagan Perjuangan Ambarawa
Museum Palagan Perjuangan Ambarawa atau Museum Kereta Uap Ambarawa adalah museum yang terletak di Ambarawa. Dimana museum ini menjadi saksi sejarah pada masa penjajahan dulu, dan menjadi peninggalan warisan Hindia Belanda. Warisan tersebut terdiri dari berbagai macam foto sejarah, senapan laras panjang yang digunakan pahlawan Indonesia untuk bertempur melawan penjajah kala itu, alat komunikasi yang berupa telepon putar, mesin hitung, dan telegraf. Dan juga museum ini memiliki beberapa kereta api uap dan alat perkereta apian seperti lonceng kereta dan peluit petugas rel. Dan kemudian salah satu kereta uap mempunyai nomor lokomotif B 2502, dan B 2503. Kereta api uap ini buatan dari Maschinenfabriek Esslingen yang dimana kereta api uap ini masih bisa dijalankan sampai sekarang ini untuk dijadikan alat berwisata. Lalu kereta uap lainnya mempunyai nomor lokomotif B 2220, C 2728, C 2407, C 1240, dan C 2821. Tarif biaya tiket masuk museum Ambarawa seharga Rp.5.000 /orang. Untuk bisa berwisata menaiki kereta uap, para pengunjung dikenakan tarif biaya seharga 10.000 /orang. Rute yang dilalui oleh wisata kereta uap ini melewati areal persawahan, lalu juga melintasi sepanjang jalur pinggiran danau Rawa Pening yang eksotis itu. Letak museum Ambarawa ini berada di wilayah Ungaran selatan. Untuk akses jalan menuju museum Ambarawa ini. Jika anda dari Jakarta, tujulah rute ke arah Semarang. Baik dengan mobil pribadi, menumpang bus, atau menumpang kereta api dengan tujuan akhir Semarang Tawang. Lalu tujulah arah Ungaran selatan, sampai pertigaan daerah Bawen ambil arah Yogyakarta (belok kanan) menuju Tugu Palagan Ambarawa. Begitu juga dengan kota-kota di sekitarnya. Baik Solo dan Yogyakarta dengan menggunakan rute menuju pertigaan daerah Bawen.
Candi Gedong Songo
Bagi yang pernah berwisata ke Candi Gedong Songo pastilah setuju bahwasanya candi ini memiliki alam sekitar yang indah dengan udara yang begitu sejuk. Faktor letak candi yang berada di kaki gunung Ungaran (dengan ketinggian 2050 mdpl) menjadikan udara di sekitar candi begitu sejuk. Candi Gedong Songo ini tepatnya berada di Dusun Darum, Desa Candi, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang.
[caption id="attachment_185252" align="aligncenter" width="640" caption="Candi Gedong Songo (Foto : Dok. Pribadi)"][/caption]
Dalam bahasa Jawa, Gedong Songo berarti “Gedong” rumah atau bermakna bangunan. “Songo” berarti sembilan. Jadi arti kata Gedong Songo adalah 9 (kelompok) bangunan yang mempunyai 9 buah candi Menurut sejarahnya Candi Gedong Songo ini dibangun pada abad ke-9 masehi, dan merupakan salah satu peninggalan dari budaya agama Hindu pada zaman Wangsa Syailendra abad ke-9 (tahun 927 masehi). Biarpun dulunya ada 9 candi, namun sejak beberapa tahun silam Candi Gedong Songo ini hanya menyisakan 5 buah candi saja yang masih tersusun apik. 4 lainnya hanya tinggal pondasi dan reruntuhan bangunannya saja.
[caption id="attachment_185253" align="aligncenter" width="640" caption="Candi Gedong Songo (Foto : Dok. Pribadi)"]
[/caption] [caption id="attachment_185254" align="aligncenter" width="640" caption="Candi Gedong Songo (Foto : Dok. Pribadi)"]
[/caption] [caption id="attachment_185255" align="aligncenter" width="640" caption="Candi Gedong Songo (Foto : Dok. Pribadi)"]
[/caption]
Jika anda mendekat ke candi-candi 1 sampai 4, anda akan menemukan relief arca-arca. Nama arca-arca tersebut antara lain : Arca Ciwa Mahaguru, Ciwa Mahadewa, Dhurga, Ganeca, Nahisasuramardhini, Nandiswara dan Mahakala. Sejatinya Candi Gedong Songo ini adalah peninggalan agama Hindhu. Karena biasanya untuk membedakan Candi Hindhu dan Budha, bisa dilihat dari bentuk bangunannya. Biasanya Candi Hindu berbentuk ramping, lancip dan juga menjulang tinggi. Sementara Candi Budha cenderung berbentuk bulat dan sangat besar seperti halnya Candi Borobudur. Maka karena ciri umum diatas, maka dapat dibedakan mana Candhi Hindu dan mana Candi Budha.
[caption id="attachment_185256" align="aligncenter" width="640" caption="Candi Gedong Songo (Foto : Dok. Pribadi)"]
[/caption]
Obyek wisata Candi Gedong Songo ini menawarkan pemandangan yang sangat indah, dengan dominasi warna hijau dari tumbuh-tumbuhan atau pepohonan pinus, dan warna langit yang biru jika cuaca cerah. Lalu, diantara candi Gedong III dan Gedong IV (nama candi tersebut) terdapat sebuah mata air yang mengandung belerang dengan baunya yang sangat kuat disertai kepulan asapnya yang cukup tebal. Nah, di obyek wisata candi ini juga ada tempat pemandian yang bersumber dari air belerang. Jika hari libur seperti halnya libur lebaran tahun 2011 yang lalu, ada banyak pengunjung yang memenuhi tempat pemandian ini. Jadi, aku urungkan niat untuk mencoba pemandian air hangat disana. Jika kembali lagi, mungkin aku harus mencoba tempat pemandian belerang tersebut.
[caption id="attachment_185257" align="aligncenter" width="640" caption="Candi Gedong Songo (Foto : Dok. Pribadi)"]
[/caption] [caption id="attachment_185258" align="aligncenter" width="640" caption="Candi Gedong Songo (Foto : Dok. Pribadi)"]
[/caption] [caption id="attachment_185259" align="aligncenter" width="640" caption="Candi Gedong Songo (Foto : Dok. Pribadi)"]
[/caption]
Nah, di sekitar Candi Gedong Songo juga terdapat beberapa kuda, cukup banyak, yang dimana untuk disewakan kepada para pengunjung candi. Penduduk sekitar yang berprofesi sebagai guide kuda biasanya mangkal diantara Candi Gedong III, IV, dan V. Jika anda merasa lelah berjalan dari mulai pintu masuk candid an hanya mampu berjalan sampai Candi Gedong II, maka anda dapat memanfaatkan sarana kuda sewa ini. Namun, untuk mendapatkan momen yang menakjubkan, disarankan untuk tetap berjalan dari mulai pintu masuk Candi sampai Candi Gedong V. Karena tiap-tiap langkah, dijamin anda akan menemukan kepuasan batin tersendiri dan membuat hati merasa amat senang. Nah, setelah selesai sampai Candi Gedong V, lalu anda ingin pulang. Ada baiknya menyewa kuda, jadi sedikit menghemat tenaga. Karena naik-turun candi ini kalau diukur sangat lah jauh, dan butuh energi juga stamina yang tetap terjaga. Seperti itulah yang aku rasakan ketika tetap memilih naik dan turun candi hanya dengan berjalan kaki. Ini dikarenakan aku ingin lebih menikmati suasana sekitar Candi dengan berjalan selangkah demi selangkah.
Jangan menyerah berjalan kaki mendaki hingga ke Candi Gedong V, letak candi yang paling tinggi. Karena ketika anda sudah berada disana, usaha jalan kaki anda akan terbayar dengan suasana alam yang mengagumkan. Dan ada perasaan tidak ingin cepat-cepat meninggalkan Candi Gedong V, itulah yang aku rasakan pada saat itu. Ketika anda berada di Candi Gedong V, coba alihkan pandangan anda untuk melihat sisi jalur yang anda lewati ke Candi Gedong V, lihatlah ke arah depan searah jarum jam pukul 12:00, atau kata lainnya kea rah Utara. Anda akan melihat barisan gunung merbabu, telomoyo, ungaran, dan merapi. Tepat di daratannya, di posisi bawah, anda akan dapat melihat Danau Rawa Pening. Seperti itu lah sisi menarik lainnya dari Candi Gedong Songo.
Tertarik untuk berkunjung ke Candi Gedong Songo ?. Aku akan memberi gambaran mengenai tarif biaya tiket masuk Candi Gedong Songo, berikut serta biaya untuk pemandian air panas, dan menyewa kuda :
Tiket Masuk Candi wisatawan lokal : Dewasa / 5 tahun ke atas : Rp 5.000/orang. Tiket Masuk Candi wisatawan asing : Dewasa / 5 tahun ke atas : Rp 25.000/orang. Tarif biaya jasa naik kuda adalah : - Wisata Desa sekitar candi Rp 25.000 untuk wisatawan lokal. Wisatawan Asing Rp 35.000 - Ke Air Panas Rp 40.000 untuk wisatawan lokal. Wisatawan Asing Rp 60.000 - Ke Candi II Rp 30.000 untuk wisatawan lokal. Wisatawan Asing Rp 40.000 - Paket candi Songo Rp 50.000 untuk wisatawan lokal. Wisatawan Asing Rp 70.000
Jasa Toilet : Rp. 1000 /orang
Untuk akses ke Candi Gedong Songo ini, tujulah ke arah Bandungan, sebelum Pasar Ambarawa belok kiri. Jika anda dari Jakarta, ambil jalur ke arah Semarang lalu Solo. Biasanya banyak bus dalam kota yang beroperasi di jalur Semarang-Solo. Jadi jika tidak paham akan jalurnya, anda tinggal mengikuti bus dalam kota ini (Semarang-Solo), dan tentunya dengan bertanya ke penduduk sekitar. Ketika sudah sampai di daerah Bandungan, tepat di seberang jalan adalah gerbang pintu masuk Bandungan. Ini jika kendaraan anda mengarah ke kota Solo. Namun, bila anda dari kota Solo, tepat di sisi kiri kendaraan anda, gerbang pintu masuk Bandungan itulah berada.
Dari mulai masuk palang yang berupa gerbang yang sering anda temukan ketika anda berpergian ke luar kota. Gerbang selamat datang tepatnya. Nah, dari sana anda masih harus naik menuju letak Candi Gedong Songo. Perjalanan naik mendaki ini tidak dekat, tapi tidak terlalu jauh, sedang-sedang saja. Kebetulan jalan menuju Candi Gedong Songo pun juga lancar, meskipun pada saat itu hari libur. Itulah pengalamanku selama melewati jalur ke Candi Gedong Songo dengan membonceng saudara sepupuku dengan naik motor. Tapi awas, beberapa ratus meter mulai dengan letak Candi. Alur jalan akan berubah menjadi kelokkan yang cukup tajam dan tetap terus naik mendaki. Biasanya, disinilah letak kemacetan yang sering terjadi. Ini dikarenakan jalur diatas ini agak sempit. Biasanya 2 kendaraan mobil harus berjalan secara perlahan-lahan untuk menghindari gesekan dengan kendaraan lainnya. Dan biasanya kendaraan yang naik akan mundur secara perlahan ketika ada kendaraan yang turun itu berupa kendaraan yang besar. Truk atau bus.
Letak wisata antara Museum Palagan Perjuangan Ambarawa dan Candi Gedong Songo pun tidak terlalu jauh. Jika tidak macet, anda hanya menempuh kurang dari 30 menit untuk sampai di Candi Gedong Songo.
Seperti itu lah yang bisa aku bagi kepada para pembaca Kompasiana tentang Wisata Alam Indonesia, di Museum Palagan Perjuangan Ambarawa dan Candi Gedong Songo. Dan ternyata, mengunjungi museum ataupun tempat-tempat bersejarah adalah hal yang mengasyikkan. Ini tidak seperti yang dibayangkan oleh sebagian orang bahwa berwisata ke tempat bersejarah pasti akan membosankan. Berwisata ke tempat bersejarah, selain mendapatkan ilmu serta wawasan dari tempat yang kita kunjungi. Contohnya : siapa yang mendirikan tempat tersebut, asal-mula bangunan tersebut darimana, pengaruh-pengaruh apa saja yang melatar belakangi didirikan tempat tersebut, dan lain sebagainya. Kita pun juga akan mendapatkan kesenangan, hati dan pikiran dan terutama batin jadi ikut senang.
Semoga artikel karya tulisanku ini bisa bermanfaat bagi para pembaca Kompasiana. Dan yang aku harapkan dari tulisanku ini bisa menularkan ‘keyakinan’ bahwa berwisata ke tempat bersejarah adalah hal yang menyenangkan karena disana terdapat ilmu serta wawasan yang akan memperkaya keilmuan kita akan sejarah Indonesia. Dan yang terakhir tentunya, melakukan amanah dari Presiden Soekarno bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarahnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H