Lihat ke Halaman Asli

Harga Politik Sebuah BBM

Diperbarui: 17 Juni 2015   17:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Sampai kapanpun, topik kenaikan BBM hampir bisa dipastikan menghasilkan kesimpulan yang divergen. Tidak bulat seperti buah simalakama. Harga turun salah, dan harga naik pasti menimbulkan efek domino terhadap kenaikan harga-harga kebutuhan sehari-hari. Inflasi di depan mata.

Harga BBM adalah fungsi kondisi politik dan bukan fungsi harga minyak mentah di pasar dunia. Sebagai pengamat amatir, sering bingung membaca dan mendengar para pengamat profesional menggunakan alibi dan data-data pendukung yang sering kali bersifat kualitatif dan tidak jarang dhaif. Berita terakhir yang saya baca dan diposting secara berantai berulang kali, “China menurunkan harga BBM tiga kali dalam Dua tahun Terakhir”, kemudian diikuti dengan kalimat, Presiden kita parah, dijajah asing, neolib dan sematan negative lain terhadap kapabilitasnya. Come on guys, he is new kid on this region, give him a break!. Saya memilih capres yang lain, tapi agaknya kita sudah keterlaluan kalau menisbatkan kondisi ini pada presiden pilihan istri saya itu. Setelah diturunkan tiga kali itu, tahukah anda berapa harga BBM di China?. Harga bensin di China itu adalah $4.73/gal atau setara dengan $1.25/ltr dan kalau di rupiahkan dengan kurs saat ini menjadi kurang lebih 15,284.91/ltr, masih lebih mahal dari harga harga BBM non bersubsidi tertinggi.  Coba check laman ini http://www.statista.com/statistics/221368/gas-prices-around-the-world/. Berdasarkan informasi di laman tersebut, harga BBM termurah di muka bumi ada di Negara Venezuela yakni berkisar sebesar Rp 129/ltr dan termahal di Norway sekitar Rp 32ribu/ltr. Venezuela adalah sosialis sejati dan Norway pemilik raksasa penguasa minyak, Staatoil, yang mensubsidi rakyatnya dengan pendidikan gratis dan biaya kesehatan yang hampir gratis.

Struktur Biaya

Sepatutnya pembicaraan BBM menggunakan satuan yang dimengerti dan digunakan oleh masyarakat Indonesia. 1 barrel minyak mentah atau biasa ditulis 1 bbl itu setara dengan 158.987 liter, supaya menghitungnya lebih mudah kita bulatkan saja 1 bbl = 159 liter. Informasi mengenai harga minyak bumi bisa dilihat di link internet, saat ini harga Minyak bumi terendah di pasaran dunia adalah sebesar $77.74/bbl, supaya lebih mudah kita bulatkan ke bawah menjadi $77/bbl. Dengan nilai tukar US$1 = IDR 12,215, maka harga minyak bumi yang masih mentah itu setara dengan Rp 5,915.44/ltr, atau 8.9% lebih rendah dari harga bensin bersubsidi. Minyak bumi yang masih mentah ini adalah bahan baku pembuatan Bensin, Solar dan produk turunan lainnya. Perlu proses pengolahan di pabrik pengilangan. Proses pengolahan ini tidak memiliki proses efisiensi 100%, jadi kita tidak bisa berharap bahwa 1 liter minyak mentah menghasilkan 1 liter bensin atau solar karena proses distilasi dari minyak bumi juga menghasilkan side product yang terbuang. Untuk lebih jelasnya silahkan berkunjung ke lamanhttp://science.howstuffworks.com/environmental/energy/oil-refining2.htm. Jika diasumsikan, efisiensi proses distilasi sebesar 80%,  berarti untuk mendapatkan 1 liter bensin atau solar diperlukan 1.25 ltr minyak mentah, sehingga biaya bahan baku tersebut kurang  lebih setara dengan Rp 7,393/ltr.  Biaya bahan baku ini lebih mahal 13.7% dari pada harga bensin bersubsidi. Anggap profit margin Pertamina “nol”, maka jika diasumsikan biaya overhead, transportasi dan direct labor sebesar 15% akan menghasilkan biaya untuk menghasilkan 1 liter BBM adalah sekitar Rp 8,500/ltr.

Target produksi minyak bumi kita di tahun 2014 adalah 870 ribu barel perhari, sementara kebutuhan negeri ini berkisar di angka 1.6 juta barel per hari. Jika target produksi minyak bumi tersebut tercapai, kita masih harus mengimpor kurang lebih 730 ribu barel perhari. Indonesia sudah keluar dari anggota OPEC dan saat ini adalah net importir.

Sekali lagi, harga BBM itu adalah fungsi Politik dan bukan fungsi harga bahan baku. Presiden dan Wakil Presiden sudah mengambil keputusan yang tidak populer dengan menaikkan BBM. Apakah keputusan mereka salah atau benar, hanya waktu yang bisa menjawabnya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline