Lihat ke Halaman Asli

Yosep Suradal

Arsitektur dan Filosofi Alphabet (Pemegang/Inventor Rekor MURI Pembatas Buku LETSREAD)

ChatBING: Boonaz "FANA" dan Puisi Karya Ibu Fransisca (Kompasiana)

Diperbarui: 27 April 2023   13:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hak Cipta Ilustrasi Boonaz "FANA" : Yosep Suradal

AKU :

Halo ChatBING, mohon dibuatkan cerita untuk kita semua, dengan konsep seperti ini :

1). Cerita maksimal 500 kata.
2). Menggunakan karakter Boonaz F, Boonaz A, Boonaz N dan Boonaz kembar A.
3). Tema cerita diambil dari puisi berjudul "FANA" karya Ibu Fransisca Dafrosa (Kompasiana) :

Di tiap hembusan nafas
Hanya namaMu yang kuucap
Selalu dan terus sadari diri
Semua fana...
Harta
Kekayaan
Kemewahan
Kemiskinan
Kesengsaraan
Semua itu sementara ...
Termasuk diri yang lemah ini
Akan kembali pulang ke pangkuanMu
Satu yang abadi adalah Engkau
Mohon ampun atas segala khilaf
Agar selaras jalanku dengan jalanMu

4). Ada dialog cerita keempat Boonaz tersebut, tentang puisi tersebut.

ChatBING :


Boonaz F, Boonaz A, Boonaz N, dan Boonaz kembar A adalah sahabat karib yang suka membaca puisi bersama. Mereka sering mengakses platform Kompasiana dan mencari artikel-artikel puisi yang menarik.


Suatu hari, mereka menemukan sebuah artikel puisi karya Ibu Fransisca Dafrosa yang berjudul "FANA". Mereka tertarik dengan judulnya dan membaca artikel itu di handphone mereka. Di rumah Boonaz F, mereka berkumpul di ruang tamu dan membaca bersama puisi itu,

"Di tiap hembusan nafas Hanya namaMu yang kuucap
 Selalu dan terus sadari diri Semua fana...
Harta Kekayaan Kemewahan Kemiskinan Kesengsaraan Semua itu sementara ...
Termasuk diri yang lemah ini akan kembali pulang ke pangkuanMu
Satu yang abadi adalah Engkau
Mohon ampun atas segala khilaf
Agar selaras jalanku dengan jalanMu"


Setelah membaca puisi itu, keempat Boonaz saling berbagi tanggapan mereka. Mereka pun memulai dialog tentang makna puisi itu.
Boonaz F: Menurut saya, puisi ini mengajarkan kita untuk selalu mengingat Tuhan dalam setiap nafas kita. Kita harus menyadari bahwa semua yang ada di dunia ini adalah fana, alias tidak kekal. Baik itu harta, kekayaan, kemewahan, kemiskinan, maupun kesengsaraan. Semua itu hanya sementara dan bisa berubah sewaktu-waktu.


Boonaz A: Saya setuju dengan Boonaz F. Puisi ini juga mengajarkan kita untuk tidak terlalu terikat dengan hal-hal duniawi yang bisa membuat kita lupa diri dan lupa Tuhan. Kita harus ingat bahwa diri kita juga fana, alias akan mati suatu saat. Kita harus siap untuk kembali ke pangkuan Tuhan yang abadi dan maha pengampun.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline