Lihat ke Halaman Asli

Saat Timbul Keraguan atas Kinerja Polri dalam Penyidikan Kematian M karena Kopi diduga Ada Sianida

Diperbarui: 8 Februari 2016   20:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salam untuk semua...

Kasus kematian M setelah penetapan J sebagai Tersangka tidak mengurangi rasa penasaran bahkan menambah keraguan masyarakat atas kinerja Penyidik POLRI Polda Metro Jaya (PMJ). Dalam waktu cukup pendek sekira kurang lebih 1 bulan saja seorang tersangka tunggal atas kasus kematian M sudah didapat, sayangnya motifnya belum diungkap sehingga berkembanglah isu yang meluas dan bukannya semakin meringankan kerja penyidikan, melainkan hanya menambah bumbu sensitivitas dan emosi kepada pihak keluarga korban. Hal tersebut terlihat dari pernyataan terbuka mereka yang langsung menohok J yang diyakini mereka telah melakukan kebohongan di depan publik.

Keterangan beberapa orang dengan spesialisasi keahlian di berbagai bidang seperti psikologi, forensik, hypnosis, pembaca mimik, dan lain sebagainya juga menambah hiruk pikuk dalam penyidikan kasus ini. Bisa dikatakan bahwa J dalam statusnya saat ini masih optimis bahwa tidak ada bukti apapun juga yang dapat menyatakan J sebagai pihak yang menaruh zat dalam kopi M. Penyidik juga demikian masih yakin bahwa mereka on the right track. Sayangnya, jika benar bahwa Polisi Australia masih memerlukan prosedur resmi untuk kerjasama police to police maka seluruh informasi di Australia baru sebatas dugaan dan belum bisa dijadikan bukti ataupun dibuatkan BAP. 

Saat ini, dunia hanyalah sebatas sinyal internet semua orang bisa menelusuri apapun yang dikehendaki seketika dan sebanyak-banyaknya. Kasus ini adalah satu dari sekian banyak pembunuhan, kebetulan alatnya adalah kopi yang diduga ada zat sianida. Lalu apa yang lebih spesifik melekat dalam kasus ini namun tidak ada dalam kasus pembunuhan lainnya ?

Untuk menjawab itu, mungkin dapat dilakukan komparasi terhadap kasus-kasus pembunuhan khususnya menggunakan alat sianida atau racun. Berikut beberapa perbandingan kasus dalam tulisan ini, dan terbuka sekali masih ada kasus lain yang terlewat. Harapannya adalah memperoleh informasi yang lebih fokus terhadap kasus ini :

1. Kasus dr. FERRANTE yang membunuh istrinya yang seorang dokter dengan alasan menurut media bahwa pelaku memiliki pendapat berbeda atau kegelisahan dengan korban beberapa waktu lalu, (Sumber)

Sedikit kutipan soal alasan membunuh/motifnya :

Prosecutors said Ferrante concocted the plan to kill his wife after she pressured him to have a second child and because he may have feared she was having an affair or planned to divorce him.  

2. Kasus JESSICA EWING yang menghabisi nyawa temannya dengan alasan sakit hati atau tersinggung karena merasa dipermainkan atau dijadikan "toy" saja oleh korban. Kasus ini diduga ada hubungan sesama jenis (cat: ada perdebatan pembunuhan dengan dicekek atau sianida). Sumber

Kutipan yang menarik dalam kasus EWING ini adalah :

“There’s been a lot of discussion about why and what occurred,” Turk said. But Turk said that what happened after the killing “speaks volumes,” saying that Ewing’s journal entries show a “great deal of hatred, anger and rage.”

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline