Lihat ke Halaman Asli

Seri Pelayanan Kesehatan : Pengalaman Laparoskopi hampir gagal realisasi di RSUD DKI JALARTA

Diperbarui: 25 Juli 2015   11:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Salam untuk semua...

Tulisan ini berkaitan dengan beberapa tulisan saya tentang pelayanan kesehatan di Provinsi DKI JAKARTA yang saat ini dipimpin oleh satu dari beberapa Pemimpin yang diidolakan dan diharapkan mampu merubah NKRI. Pengalaman ini saya alami pada saat mendampingi mertua saya yang sudah berumur 74 tahun. Semoga melalui tulisan ini diperoleh pembelajaran bagi kami maupun orang lain yang akan menemui kejadian yang sedikit mirip atau kesamaan.

Janji Tindakan Bedah Invasif Minimal (Teknik Laparoskopi)

Mertua saya didiagnosis menderita penyakit batu empedu, untuk mencari tahu apa dan bagaimana tindakan terkait penyakit tersebut dapat dibaca tulisan satu dari sekian kompasianer berikut:

http://www.kompasiana.com/akbar.fahmi/mengapa-kantung-empedu-harus-dibuang_5518166e81331172689de862

Saat itu, beliau sudah direncanakan oleh dokter yang merawatnya untuk dioperasi pengangkatan batu empedu sehingga dilakukanlah segala macam prosedur persiapan operasi dari periksa darah lengkap, cek jantung dan lain sebagainya. Usia yang sudah LANSIA tersebut membutuhkan persiapan dari teknis kedokteran sampai dengan mental/ psikologis beliau. Kami cukup heran atas kesiapan mental beliau yang biasanya mudah khawatir atas apapun, terkait operasi ini nampak sekali keyakinannya. 

Keyakinan dan ketenangan beliau tersebut sepengamatan saya didasarkan atas informasi yang cukup baik tentang prosedur Laparoskopi yang akan dijalaninya memiliki risiko lebih rendah dan cepat pulih serta dokter spesialis yang menanganinya diklaim memang sub spesialis batu empedu dan pengalaman dalam Laparoskopi. RSUD dengan dokter sub spesialis yang demikian itu adalah berkah luar biasa dan sangat diharapkan. Istilah canggihnya beyond expectation.

Saatnya melaksanakan rencana Laparoskopi

Satu hari sebelum hari-H untuk operasi tersebut, Beliau ditemani opung boru sang pendamping hidup puluhan tahun segera bergegas pagi-pagi sekali ke RSUD untuk mencari kamar sebagaimana diminta pihak RSUD dan menemui dokter yang akan melakukan Laparoskopi. Setelah itu, mereka justru pulang ke rumah sekitar jam 12 siang dan bercerita kepada saya bahwa kamar tidak ada, dan yang lebih mengagetkan lagi dokter yang menjanjikan akan melakukan Laparoskopi sedang atau tidak dinas. Kok bisa ?

Keadaan seperti itu tidak beralasan dan memalukan bagi Manajemen RSUD karena Rencana yang sudah lama itu bisa gagal terealisasi. Saya segera mengajak kembali opung boru ke RSUD, sedangkan mertua saya yang akan dioperasi tinggal dulu di rumah karena terlihat kekecewaan dan kelelahannya. 

Laparoskopi yang hampir gagal

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline