Lihat ke Halaman Asli

Bono B Priambodo

Kandidat Doktor di Amsterdam Institute for Social Science Research

Kaji Ulang Butir-butir Pancasila

Diperbarui: 5 Mei 2020   12:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Mengapa Kaji Ulang?

Butir-butir penghayatan dan pengamalan Pancasila--yang dulu lebih terkenal sebagai "Butir-butir Pancasila" saja--perlu diperkenalkan dan disebarluaskan lagi, karena sejatinya ia disusun untuk memudahkan mempelajari, menghayati, dan mengamalkan Pancasila.

Akan tetapi, terhadapnya perlu dikaji-ulang lebih dahulu. Pada akhir Orde Baru, butir-butir itu sesungguhnya sudah pernah disempurnakan, yaitu ditambah jumlahnya dari 36 menjadi 45. Sayangnya, Orde Baru tumbang dan pemasyarakatan Pancasila pun berhenti.

Sila-sila Pancasila dirumuskan dalam kalimat-kalimat singkat yang tidak lengkap subjek, predikat dan objeknya, untuk menggambarkan konsep-konsep abstrak yang universal, dengan ruang lingkup yang sangat luas dan dalam, sehingga memang tidak operasional.

Agar operasional--dalam arti lebih mudah dipahami maksudnya, untuk kemudian diwujudkan dalam sikap dan perilaku sehari-hari--konsep-konsep abstrak ini harus "diturunkan" ke dalam kalimat-kalimat yang lengkap subjek, predikat dan objeknya.

Beberapa butir menganjurkan cara berpikir atau bersikap--artinya, dari berbagai hal, maka apa yang dirumuskan dalam butir-butir itulah yang dianggap benar, baik dan/atau bermanfaat.

Beberapa butir lainnya dirumuskan dengan predikat berupa kata kerja yang relatif dapat langsung diwujudkan dalam tindak-tanduk atau perilaku sehari-hari.

Butir-butir inilah yang hendaknya menjadi inti kurikulum pendidikan Pancasila, yang merupakan pendidikan moral atau budi-pekerti (akhlaq), khususnya bagi remaja usia 12 sampai 22 tahun.

Pendidikan Moral, Bukan Kewarganegaraan

Pendidikan Moral Pancasila--yang bertujuan menanamkan cara berpikir, bersikap dan bertindak tertentu--jauh lebih berfaedah dari Pendidikan Kewarganegaraan dewasa ini, yang berfokus dan bertumpu pada pengenalan teori-teori negara, hukum dan pemerintahan.

Sayangnya, butir-butir yang ada sekarang tidak kalah abstrak dan universalnya dengan rumusan sila-silanya sendiri, maka kaji-ulang difokuskan pada operasionalisasi nilai-nilai dalam tiap sila, dengan cara memulai tiap rumusan dengan kata kerja.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline