Iklan memang merupakan salah satu jurus jitu di dunia perdagangan atau marketing. Bahkan iklan dapat dikategorikan sebagai ujung tombak pemasaran suatu produk yang akhirnya akan menopang berjalannya suatu usaha. Dengan beriklan, maka suatu produk tertentu dapat dikenal oleh masyarakat luas.
Bahkan iklan di media juga ada yang bertujuan membangun sebuah opini tentang suatu hal. Sebenarnya hal tersebut masihlah dianggap wajar. Namun, yang acapkali digunakan oleh suatu produsen dalam beriklan adalah melebih-lebihkan atau menghiperbolakan materi iklan produknya agar kelihatan lebih menarik dan dipercaya oleh calon konsumen atau masyarakat umum, padahal belum tentu materi iklan dari produk tersebut sesuai dengan kenyataannya.
Ada pula pihak atau golongan tertentu yang menggunakan iklan sebagai sarana untuk menyampaikan informasi yang ngawur atau menyesatkan, mengklaim sesuatu, bahkan mendiskreditkan suatu atau pihak lain. Nah jenis iklan yang menggunakan kalimat-kalimat hiperbola, kontroversial, atau jargon berisi klaim atas sesuatu dapat kita temukan pada iklan capres dalam pilpres 2014 kemarin.
Salah satu kalimat yang sering sekali digunakan sebagai “klaim atas sesuatu” pada pilpres 2014 kemarin adalah “presiden pilihan rakyat”. Kita tentunya bertanya, sebenarnya rakyat mana yang dimaksud dalam kalimat tadi. Begitu juga pada jargon “Jokowi adalah kita”. Siapa yang dimaksud dengan “kita” tadi?
Tapi biar bagaimanapun, itulah dinamika dalam berdemokrasi. Kita masih bisa memaklumimya karena memang negeri ini sedang melangsungkan pesta demokrasi lima tahunan sekali. Dan kita juga harus mafhum bila kalimat atau slogan tadi sering muncul dalam bentuk iklan capres di stasiun-stasiun tv.
Bicara soal iklan capres di tv, tentunya tidak aneh bila dana yang digelontorkan masing-masing tim sukses capres terbilang sangat besar. Lihat saja, hanya dalam waktu satu bulan, dua pasangan capres Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla telah menghabiskan dana sebesar Rp 38,58 miliar untuk beriklan. Biaya sebesar itu dikeluarkan hanya dalam waktu satu bulan, yaitu dari 22 Mei hingga 23 Juni 2014.
Koordinator project pemantauan iklan dari Satu Dunia, Anwari Natari, mengatakan angka tersebut didapat dari 2.821 kali kemunculan iklan spot. Pemantauan dilakukan di lima kota besar, yaitu Jakarta, Medan, Banjarmasin, Makassar, dan Surabaya, pada 78 media tv, radio, maupun koran. "Jumlah iklan Prabowo-Hatta masih lebih sedikit yakni 1.031 dibanding Jokowi-JK, 1.790 iklan," tuturnya dalam diskusi di kantor KPU, Jakarta, Rabu 25 Juni 2014 lalui, seperti yang dikuti dari VIVAnews.com.
Sumber foto: http://warta.co/wp-content/uploads/2014/06/Jokowi-Kembangkan-Pesawat-Tanpa-Awak-Indosat-Kita-Buy-Back.jpg
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H