Lihat ke Halaman Asli

Boni Sindyarta

Saya senang tinggal di Jakarta karena menawarkan banyak keragaman lika-liku kehidupan dengan segala problematika manusia.

Cara Simpel untuk Hidup Damai dan Bahagia

Diperbarui: 1 November 2020   16:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

medium/roger himes

Begitu banyak orang yang hidupnya tidak bahagia di era sekarang ini. Begitu banyak orang stres dan banyak yang bunuh diri. Begitu banyak orang butuh pertolongan psikolog dan psikiater. Begitu banyak orang yang merasa hidupnya malang dan jatuh ke dalam keputusasaan dan depresi. Mengapa bisa begitu. Jawabannya cuma satu: ini semua berawal dari pikiran kita.

Sebenarnya ada cara yang sangat simpel untuk hidup damai dan bahagia? Apa itu? Caranya adalah menghentikan sikap menghakimi dan banyak-banyak bersyukur.

Ada begitu banyak ketidakbahagiaan dan emosi negatif yang timbul dari sikap menghakimi. Kalau kamu sering menghakimi orang lain, sebenarnya yang jadi lebih sengsara itu kamu sendiri dan bukan orang yang kamu hakimi itu. Kalau kamu berpikir negatif pada orang lain, emosi yang kamu rasakan juga negatif dan itu merusak kebahagiaanmu sendiri. Juga merusak kesehatanmu dan tubuhmu sendiri.

Cobalah ini: mulai besok pagi, saat kamu keluar rumah untuk bekerja atau menjalani aktivitas, stop untuk menghakimi dan berpikir negatif pada orang-orang yang kamu jumpai hari itu. Stop menyalahkan orang lain untuk hidupmu. Jangan menghakimi lebih lama lagi. Karena kamu yang ujung-ujungnya paling dirugikan dengan sikap ini.

Cobalah hargai orang-orang yang kamu lihat dan jumpai mulai besok pagi kamu keluar dari rumah. Di kantor. Orang-orang di lingkungan tempat tinggalmu. Orang-orang yang kamu lihat di jalan. Orang-orang di pasar swalayan. Coba amati mereka, kamu akan melihat bahwa setiap orang punya penderitaannya sendiri. Termasuk orang-orang yang hidupnya terlihat lebih enak dan nyaman. Termasuk orang-orang yang kamu lihat sepertinya sangat berkelimpahan dalam hal materi. Mereka semua punya penderitaannya masing-masing.

Cobalah hargai dan pandang positif orang-orang yang kamu lihat nasibnya jauh lebih buruk daripadamu. Pengemis di pinggir jalan. Tukang sampah. Tukang jualan di perempatan lampu merah. Pedagang asongan. Pedangan-pedangan kaki lima. Orang-orang tua renta yang terlihat sakit, bahkan untuk berjalan saja sudah sulit. Begitu banyak orang menderita di jalanan yang setiap hari kita lalui.

Kalau mereka sudah menderita, jangan masih kamu hakimi. Orang-orang yang tugasnya sangat sederhana di tempat kerjamu. Seperti office boy, petugas kebersihan, juru parkir, dan masih banyak lagi. Pandanglah mereka sebagai orang-orang baik yang sedang berjuang untuk hidupnya. Sama seperti kamu. Mereka layak kamu hargai dan pandang positif.

Kamu akan merasakan sendiri efeknya. Begitu kamu stop menghakimi orang lain dan lebih menghargai mereka. Hidupmu akan lebih damai dan emosi negatif berkurang. Kamu lebih bisa menikmati hidupmu, meski mungkin hidupnya juga sedang terhimpit kesulitan. Ini besar pengaruhnya untuk kesejahteraan batinmu.

Cara lain untuk hidup lebih damai dan bahagia adalah dengan banyak-banyak beryukur. Selama ini kamu mungkin menyikapi hidupnya dengan sikap "taken for ganted". Ini sikap yang menerima semua yang baik dalam hidup, seolah-olah kamu sudah dengan sendirinya menerima semua itu begitu saja tanpa perlu bersyukur.

Saat kamu memelihara sikap ini, hidup akan terasa datar dan hampa, karena kamu hidup hanya menerima dan menerima, begitu saja terus tanpa pernah bersyukur. Sadarlah bahwa ada begitu banyak orang yang berkekurangan, yang hidupnya hanya sehari demi sehari mereka menyambung hidup.

Mereka tidak bisa makan kalau tidak bekerja. Kamu mungkin masih bisa makan kenyang tanpa bekerja terlalu keras. Kamu lupa mensyukuri pekerjaanmu sekarang ini yang kamu anggap membosankan dan tidak enak. Padahal ada begitu banyak orang diluar sana yang dengan senang hati menggantikan posisimu  di pekerjaan sekarang ini. Ada begitu banyak orang yang menginginkan pekerjaanmu yang selalu kamu keluhkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline