[caption caption="Veteran Tua TNI dan US Army"][/caption]
Setiap 5 Oktober, aku selalu ingat almarhum bapak yang terlihat gagah dengan pakain dinas upacara (PDU) komplit dengan pernak pernik tanda jasa nya yang berderat di atas saku kiri. Mau diakui atau tidak, tentara Indonesia banyak terinspirasi oleh tentara Amerika, dalam bentuk seragam, kepangkatan, kesatuan dan lain lain. Tulisan ini sama sekali bukan untuk membandingkan kekuatan militer Indonesia dengan Amerika. Ini hanya sekilas perbandingan kehidupan TNI yang masih aku ingat dengan tentara Amerika yang bisa aku amati secara langsung.
Tentara Indonesia
Jadi tentara sebenarnya merupakan cita-cita utama ku saat kecil dulu. Maklumlah almarhum bapakku tentara, mas ku juga ada yang jadi tentara. Boleh dibilang mulai dari lahir sampai kelas 2 SMA, aku hidup dilingkungan tentara, maka wajar saja kalau aku senang melihat kegagahan tentara dengan topi baja/baret, senjata M16, dan ransel berat di punggung. Apalagi setelah membaca buku pak Benny Moerdani dan yang paling mengesankan adalah kisah pembebasan sandera Woyla, tambah kuat kepinginan ku untuk jadi tentara. Tapi memang sudah suratan hidup, fisikku tidak mendukung. Tinggi dan berat cukup, stamina lumayan lah ... kuat push up dan pull up, lari, dan berenang. Tapi mataku sejak kelas 1 SMA sudah mulai rabun jauh … harus pakai kacamata. Ya sudah. Terpaksa pindah jalur yang pada akhirnya aku nyasar jadi TKI sampai sekarang.
Kehidupan anggota Perwira tentara rata-rata cukup mapan, apalagi bisa nangkring naik ke jajaran perwira tinggi, maka dijamin kehidupan (ekonomi) nya enak. Bisa punya mobil dinas lebih dari satu, punya supir, ajudan, punya anggota yang bisa dipanggil kerumah (hampir) kapan saja. FYI, aku dulu mulai belajar menyetir mobil memakai mobil dinas bapak, Toyota FJ kanvas, kadang kadang mas ku yang datang bawa CJ7 juga aku pinjam buat belajar. Polisi nggak berani macam macam :D
Kalau punya jabatan penting (territorial) bakalan lebih enak lagi, karena banyak orang akan senang menempel mendekat berbaik hati memberi macam-macam hadiah. Apalagi saat menjelang lebaran, kiriman parcel, kiriman makanan mengalir sampai bingung bagaimana menghabiskannya. Kakak ku cukup cerdik mengelola tumpukan hadiah itu dengan cara me re-cycle (mengirim lagi) parcel dan makanan yang berlebih ke kolega, dan ke keluarga. Aku tidak tahu kiriman lewat amplop, aku tidak pernah melihatnya secara langsung, tapi aku yakin ada. Saat ribut-ribut jam tangan super mahal mantan Panglima TNI yang kemudian diakui sebagai jam tangan KW, bikin aku ketawa sambil geleng geleng kepala. Mana ada yang berani mempertanyakan apakah benar jam itu KW? Cari perkara saja.
Tentara dengan posisi di bawah hidupnya relatif lebih berat. Tinggal dirumah dinas, yang kondisinya apa adanya, bahkan masih cukup banyak banyak bekas gudang besar yg disekat sekat dan disulap jadi rumah tinggal bersama anggota TNI. Kalau sudah pensiun maka harus siap diusir keluar dari rumah dinas. Jika berdinas dibatalion tempur, anggota tentara juga harus siap-siap saja menerima hukuman fisik dari komandan kalau melakukan kesalahan. Mungkin itu sebabnya anggota tentara dilevel bawah cenderung lebih mudah emosi, gampang main pukul, dan sering berantem. Ya memang itu makanan mereka sehari-hari. Sayangnya program AMD tidak diteruskan lagi , padahal menurutku AMD bisa menyalurkan energi berlebih anggota tentara dan sekaligus membantu rakyat di pedesaan. Untuk jaman sekarang, mungkin misi AMD perlu diubah dan diperjelas. AMD bukan semata untuk mengukuhkan dominasi militer diatas masyarakat sipil.
[caption caption="Contoh Tipikal Asrama TNI"]
[/caption]
[caption caption="Rumah Dinas bapak, tempat tinggal ku puluhan tahun yang lalu di Bukittinggi tidak berubah, photo diambil pada Januari 2015"]
[/caption]
Tentara di US
Personil tentara US, yang pada umumnya tinggal di dalam atau daerah dekat dengan pangkalan militer dan jarang kelihatan berkeliaran dengan seragam diluar pangkalan. Mereka sangat dihormati sebagai pahlawan, pelindung dan penjaga Amerika, pelindung way of life Amerika (demokrasi). Di TV-TV, terutama saat menjelang holiday seasons (thanks giving, natal) sering ditampilkan pertemuan surprise antara seorang anggota tentara yang pulang ke US setelah sekian bulan/tahun bertugas diluar negri, dengan anak istrinya. Selain itu cukup banyak discount yg ditawarkan khusus untuk anggota tentara US. Iklan TV yang mengajak pemuda/pemudi US masuk tentara cukup gencar, ada iming iming dapat beasiswa di college, ada janji dapat skill yg berguna jika sudah tidak berdinas di tentara, dan mudah mencari pekerjaan. Dan konon kabarnya, jadi tentara adalah salah satu cara yg cepat dan mudah untuk memperlancar applikasi menjadi permanent resident dan warga negara US … entahlah.
Temanku, seorang eks-pengungsi Vietnam yang kebetulan punya kakak pilot helikopter Navy, menceritakan bahwa kehidupan rata rata anggota tentara US cukup baik. Termasuk kelas menengah lah, dengan rumah dan mobil yang layak. Tapi kalau sedang bertugas, terutama diluar US, bisa dipastikan dapat fasilitasnya sangat baik untuk kelas tentara. Makanannya tentara adalah kwalitas kelas 1 yang banyak didatangkan dari negara sekutu US terdekat, bahkan cukup banyak yg dikirim langsung dari US.
Agak berbeda dengan TNI, cukup banyak terlihat tentara US yang memakai kacamata, dan hampir tidak ada kendaraan dinas tentara US berkeliaran di tempat-tempat umum. Kalau anda jalan jalan ke pusat pusat bisnis, akan mudah anda jumpai recruiting center untuk Marine, US Army, Navy, atau Airforce. Bahkan para rectruiter itu juga mendatangi High School (SMA), dan Universitas lokal untuk menyampaikan informasi fasilitas dan bantuan yg diterima jika ada yg berminat bergabung menjadi tentara.