Lihat ke Halaman Asli

Ke Bukittinggi Mau Apa?

Diperbarui: 17 Juni 2015   13:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14205547761292293072

Bukittinggi Tidak Akan Pernah Terlupakan

[caption id="attachment_388952" align="alignnone" width="630" caption="Jam Gadang (doc.bonekpalsu)"][/caption]

Biasanya niat ku untuk ke Bukititinggi selalu terhalang dengan terbatasnya waktu mudik, banyak nya acara ditempat2 lain, dan terutama karena ekstrimnya kepadatan lalu lintas menuju Bukittinggi (pada saat lebaran luar biasa macetnya karena kebanjiran mobil ber plat B). Nah pada mudik versi mendadak ke Pekanbaru di akhir bulan Desember 2014 lalu, tidak aku sia siakan untuk bisa kembali melihat kota yang pernah menjadi tempat tinggalku saat almarhum bapak masih bertugas sebagai abdi negara (TNI) di Bukittinggi puluhan tahun yang lalu.

Kelok Sembilan. Tempat ini dahulunya adalah pusat kemacetan jalur Riau-SumBar. Jalanan sempit dengan tikungan sangat tajam membuat truk, bis, dan mobil harus sabar antri bergiliran satu persatu melewati setiap tikungan tajam. Tercapai juga keinginanku untuk bisa melihat dan menikmati ketidak macetan Kelok Sembilan baru yg luar biasa megah, panjang dan berputar putar hingga mencapai bawah. Konon perlu 10tahun lebih untuk membangun jalan layang ini.

[caption id="attachment_388953" align="alignnone" width="640" caption="Kelok Sembilan Baru yg megah (doc.bonekpalsu)"]

14205548861966277424

[/caption]

Di titik tertinggi Kelok Sembilan baru, bisa dilihat kelok sembilan lama yg ternyata masih bisa dipakai. Terlihat beberapa sepada motor masih melewati jalan lama ini, Mungkin sensasi jalan lama lebih meng-asyikan daripada jalan baru yg memang tidak begitu terasa tanjakan dan tikungannya.

[caption id="attachment_388954" align="alignnone" width="640" caption="Kelok Sembilan Lama masih dipakai (doc.bonekpalsu)"]

14205549501072972437

[/caption]

Kelok Sembilan baru ini otomatis membuat banyak traveler untuk berhenti sejenak di tempat2 yg sudah disediakan, dan ini otomatis mengundang pedagang untuk membuka lapak lapak dipinggiran jalan. Sayangnya Kelok Sembilan baru yg elok itu menjadi terkesan kumuh dan kotor akibat tidak tertatanya lapak pedagang dan juga kebiasaan buruk masyarakat untuk membuang sampah sembarangan   :(

[caption id="attachment_388955" align="alignnone" width="640" caption="Penyakit Kita ... Sampah Berserakan! (doc.bonekpalsu)"]

14205550521987949765

[/caption]

Bukittinggi. Landmark Bukittinggi adalah jam Gadang, menara jam besar yg dibangun pemerintah kolonial Belanda. Antusias  ku dengan jam gadang langsung buyar karena begitu mendekati area, karena langsung tercium bau pesing yang sangat tajam. Dugaanku ini adalah bau air kencing kuda bendi yg berjejer rapi didepan pasar atas Bukittinggi. Selain pesing, sampah sampah masih terlihat berserakan .... terlihat beberapa orang membuang sampah bekas makanan begitu saja. Padahal ada tempat sampah yang tersedia dibeberapa tempat.

[caption id="attachment_389020" align="alignnone" width="640" caption="Bendi Pasar Ateh (doc.bonekpalsu)"]

142058398347579356

[/caption]

Untunglah ngarai Sianok dengan background gunung Singgalang bisa melenyapkan kesan buruk ku tentang lingkungan di jam Gadang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline