Dan gitar yang baik, aku ingin kau mengganggu kesunyian
Membangunkannya dengan kehangatan
Juga membisikkan impian dan harapan kepada hidup yang terlanjur harus kutelan
Pada pagi hari aku menjadikan kemacetan sebagai sarapan
Sebelum bertemu siang dan sore bertatapan dengan angan-angan
Di pinggir jendela matamu yang tertahan
Aku ingin melihat dirimu saat menutup lubang kekosongan pada cita-cita, poster-poster, dan pamflet aksi mahasiswa yang berpihak pada kemiskinan
Ketika hari hendak menutup diri engkau akan menyisipkan keinginanmu pada bulan setengah bulat, aku tahu itu, bintang-bintang juga tahu, kecuali stempel kartu pos yang melegalkan mimpi liarmu untuk pergi bebas ke tempat yang kau kehendaki; coba tebak?
Tepian kota yang didera kelelahan? Atau ke sebuah ruang tamu? Ya! Ke sebuah restoran! Ia akan mengubah arah tujuannya selalu ke restoran, sebab ia selalu merasa kelaparan tiap kali kau abaikan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H