Seseorang lalu datang berkeluh kesah kepada saya tentang memorinya di SMA dulu. Di usianya hari ini ia masih betah hidup sendiri. Bukan karena ia tak memiliki hasrat untuk menikah tapi karena kesetiaan pada seorang wanita yang ia cintai.
Padahal perempuan itu sudah menjadi milik orang lain dan sudah memiliki beberapa anak. Dari ceritanya yang panjang lebar itu sepertinya ia kecewa dengan keputusan keluarga mantan pacarnya.
Di masa SMA dulu ia pernah mengalami "kecelakaan" dengan pacarnya. Pacarnya hamil. Karena masih di bangku SMA mereka berdua dikeluarkan dari sekolah. Karena sikapnya ia diintimidasi bahkan mendapatkan tindakan kekerasan dari keluarga pacarnya tersebut.
Ia berjanji kepada keluarga pacarnya ia akan bertanggung jawab. Karena melihat sisi ekonomi dari pria muda ini, keluarga pacarnya menolak. Mereka takut anak perempuan mereka menderita bertubi-tubi. Walaupun diperlakukan seperti itu, si pria ini sudah berjanji tetap akan bertanggung jawab atas segala perbuatannya sampai kapanpun.
Pasca melahirkan, si wanita itu dikirim ke daerah lain untuk menyelesaikan SMA. Dan si laki-laki ini diam-diam juga melanjutkan pendidikannya. Kedua "mantan" ini akhirnya sama-sama menyelesaikan pendidikan hingga perguruan tinggi. Tapi tidak dipersatukan kedalam biduk rumah tangga. Pacarnya menikah dengan pria lain.
Bagaimana dengan anak mereka? Sejak bayi diasuh oleh ibu kandung perempuan tadi. Anak itu tumbuh sehat menjadi seorang gadis remaja saat ini. Ia mirip ibunya. Kata si laki-laki ini "anak gadisnya" cantik dan baik. Ia kerap menangis di dalam hati kala tak sengaja berjumpa dengan darah dagingnya sendiri. Menurutnya, si gadis remaja itu tak tahu kalau dia adalah ayah biologisnya.
Melihat anak biologisnya tumbuh dewsa hingga saat ini, pria itu merasa seperti "jatuh cinta lagi" pada mantan pacarnya yang dulu. Kerap laki-laki super setia ini diam-diam ke sekolah anaknya sekedar melihat keceriaan anaknya dari jauh. Ia tersenyum bahagia walau kebahagiaan itu tak sempurna dan sering menyakitkan.
Ia tidak memarahi mantan pacarnya, apalagi anak biologisnya tapi menyesali keadaan masa lalu yang tak berdaya. Himpitan ekonomi membuat dirinya gagal bertanggung jawab pada seseorang gadis yang ia cintai dan kini darah dagingnya sendiri.
Dara jelitanya tak tahu ternyata ada seseorang yang kerap memata-matai dirinya saat ini adalah ayahnya. Ia juga tak tahu orang asing yang memberi senyum tulus saat berpapasan dengan dirinya adalah ayahnya.
Si pemuda itu saat ini sudah sukses. Kesalahan masa lalunya masih membuatnya merasah dituduh sebagai pria miskin yang tak bertanggung jawab. Pikiran ini kerap menghantui dirinya.
Saat ini ia hanya berharap istrinya sudi menjelaskan kepada anak biologisnya kalau dirinya adalah bapak dari anak itu. Ia begitu bahagia melihat anaknya sudah duduk dibangku SMA kini, dan parasnya anak itu secantik ibunya di masa lalu.