Lihat ke Halaman Asli

Ibuku Pahlawanku

Diperbarui: 26 Juni 2015   08:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

12976564801239317572

Saya agak tersentak hari ini pukul 11.15 waktu setempat, ketika sahabat saya bapak Marolop Sihombing memberikan sebuah buku berjudul 'Ibuku Pahlawanku'-Kisah Nyata-KARTINI MAHA.  Pada saat sebagian orang sibuk membicarakan ibu Sri Mulyani Indrawati, *Deklarasi Solidaritas Masyarakat Indonesia untuk Keadilan: 14 Februari 2011--Jangan berhenti mencintai Indonesia. Mencintai dengan Merawat Republik, Memastikan Keadilan*. 'Ibuku Pahlawanku'-Kisah Nyata-KARTINI MAHA, merupakan novel biografi tersirat kalimat-kalimat bersifat edukatif bagi perempuan Indonesia. Karakter sang penulis sangat kuat tertuang dalam buku tersebut, ini membuat teladan bagi kaum ibu Indonesia (Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla) Di mata Surya Paloh, "novel biografi ini mengisahkan pengalaman dan perjuangan hidup yang luar biasa." Sementara, Letjen TNI (Purn) Sudi Silalahi, "mencerminkan kegigihan seorang ibu dalam memperjuangkan hidup. Dan seorang ayah yang berani dalam mempertahankan idealisme demi kebenaran dan perjuangan bangsa sehingga rela mengorbankan nyawanya." Apa yang diungkapkan para tokoh tersebut, sekilas saya membaca sosok KARTINI MAHA adalah seorang wanita anggun dengan perjalanan hidupnya penuh dengan liku-liku, apalagi semenjak ditinggal sang papanya tercinta. Bahkan ia pun mengalami pencobaan hidup dan sering terbentur situasi yang berat. Namun KARTNI MAHA sanggup mengalami dan melewati semua, berkat figur sang mama, Regiana Hutagalung. Beliau adalah seorang pejuang sejati karena terus berjuang membesarkan anak-anaknya, semenjak kematian suaminya yang tragis dikarenakan peristiwa politik.  Banyak hal dan nilai-nilai hidup mama yang menginspirasi KARTINI kecil sampai dewasa untuk terus bertahan hidup dan melakukan yang terbaik. "Kamu harus berjalan dengan hidup, jangan cepat putus asa, jangan cepat patah semangat. Jangan berjalan mundur, harus berjalan maju. Tantangan, rintangan pasti ada, tapi percayalah kalau kita hidup terus semangat dan pantang menyerah, kita percaya bahwa pasti kita tidak terpuruk," begitu nasehat Mama KARTINI MAHA (hal, 266). Sedangkan, nama KARTINI menurutnya, "Satu kemiripan dengan Kartini, hidupku penuh dengan perjuangan. Banyak sekali penderitaan dan cobaan yang harus aku lalui, yang menempaku menjadi perempuan yang tangguh dan kuat. Aku sama sekali tidak hendak menyamakan diriku dengan RA. Kartini, pahlawan perempuan yang tiada duanya di negeri ini. Karena jujur, sebenarnya yang layak disebut pahlawan adalah mamaku. Beliau adalah lentera hidupku, panutanku, seseorang yang menjadi inspirasiku dalam menjalani hidup. Banyak alasan yang membuat aku menganggap mama sebagai pahlawanku," tutur KARTINI MAHA (dalam Prolog 'Ibuku Pahlawanku'-Kisah Nyata-KARTINI MAHA).

Hal ini cobaan dan guncangan adalah sebuah kenangan yang indah. "Aku tidak mau menganggap kejadian yang pahit, kegetiran, kesusahan di masa lalu sebagai suatu penderitaan. Sekarang ini aku tidak bisa menganggapnya begitu. Walaupun dulunya itu adalah suatu penderitaan, tapi setelah menengok kembali ke belakang, aku bangga karena berhasil melalui itu semua dan keluar sebagai pemenang."

Baginya, adalah masalah hati, bukan masalah sifat. Sifat orang bisa berubah-ubah, sekarang baik besok bisa jahat, sekarang malas, besok rajin. Tapi pada dasarnya kalau kita punya hati baik, pasti sewaktu-waktu hidup kita akan berubah, karena Tuhan melihat hati. "Seperti contoh suamiku, sifat-sifat lamanya hilang, ia berubah. Pada dasarnya ia memiliki hati yang baik, hati yang tulus, ringan tangan menolong orang dan peduli. Ketika sifat jeleknya dibuang, dengan mencari dan bekerja keras, ia berhasil meraih kesuksesan." (hal, 251) Dimuat




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline