Lihat ke Halaman Asli

RA Kartini Tidak Menyakiti Diri dan Semen Kaki dalam Berjuang

Diperbarui: 21 April 2017   20:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokumen pribadi

Selamat Hari Kartini!

Demonstrasi semen kaki perempuan mengaku petani Pegunungan Kendeng menolak hadirnya perusahaan negara PT Semen Indonesia (PT SI) di Rembang, Jawa Tengah, lantas menyatakan mirip gerakan RA Kartini pada akhirnya amat berbeda dengan fakta perjuangan RA Kartini.

RA Kartini berjuang dan bergerak sebab murni keresahannya terhadap ketidakadilan hak perempuan saat itu. RA Kartini berjuang menyuarakan kegelisahannya dengan cara halus dan lugas. Bukan menyakiti diri menyemen kali hingga menghalangi tugasnya sebagai seorang perempuan dan ibu.

Tulisan RA Kartini kepada Rosa Abendanon menunjukkan bukti pemikirannya tentang kondisi sosial saat itu, terutama perempuan pribumi. Surat-suratnya menggugat budaya di Jawa yang dipandang sebagai penghambat kemajuan perempuan. RA Kartinini ingin wanita memiliki kebebasan memperoleh pendidikan. Kartini menolak eksploitasi wanita saat itu yang hanya menjadi pajangan rumah.

Sementara, aksi perempuan menyemen kaki karena dimanfaatkan sekelompok LSM demi kepentingan pemodalnya adalah sekadar ikut-ikutan.

Aksi semen kaki yang dilakukan LSM dengan memperalat 9 orang perempuan kendeng merupakan tindakan biadab bertentangan dengan cita-cita RA Kartini. RA Kartini berjuang tanpa meninggalkan kewajibannya sebagai perempuan dalam keluarga dan kepada Tuhan.

Sementara perempuan yang diperalat LSM agar menolak PT SI mau saja dibatasi hak beribadahnya dan perannya sebagai ibu dalam keluarga. Selama hampir 7 hari menyemen kaku tentu hal itu akan mempersulit beribadah.

Justru 9 perempuan yang diperalat LSM itu menghambat cita-cita RA Kartini yang memperjuangkan kesetaraan dan kebebasan  memperoleh pendidikan bagi kaum wanita. Hadirnya PT  SI mempunyai misi mengangkat Rembang dari kemiskinan lewat pemberian kesempatan pendidikan yang layak. Tingginya angka pernikahan dini dan perceraian di Rembang menjadi indikator rendahnya tingkat pendidikan di sana. PT SI mewujudkan pendidikan maju di Rembang melalui pembangunan sekolah akademika di daerah terdampak.

Maka, menyandingkan nama RA Kartini dalam perjuangan LSM menolak PT SI telah menciderai arti perjuangan sesungguhnya. RA Kartini tak pernah bohong. RA Kartini tidak menulis untuk menebar berita palsu apalagi mencatut nama 30 bayi. Kartini berjuang tak merusak diri apalagi meninggalkan anak dan suami.

Menyemen kaki menjadi bukti dipasungnya perempuan oleh LSM biadab sehingga berujung kematian Yu Patmi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline