Wajah pendidikan yang suram. Membosankan. Kini perlahan-lahan mulai sedikit beralihrupa. Merdeka Belajar mulai digaungkan. Sudah saatnya proses belajar menjadi proses yang membahagiakan bagi siswa.
Pembelajaran yang memerdekakan adalah memindahkan titik fokus pembelajaran ke kutub siswa. Mereka bukan lagi dianggap sebagai obyek, melainkan sudah ditempatkan sebagai pribadi yang unik.
Ki Hadjar Dewantara (Samho dan Yanuari,2010) pun sudah mengingatkan akan hal tersebut. Pedagogi menyangkut upaya memahami dan mengayomi kebutuhan siswa sebagai subyek pendidikan. Untuk mencapai hal itu, guru perlu mengembangkan potensi-potensi siswa. Dalam proses belajar-mengajar guru mengedepankan dialog kepada siswa.
Proses dialog dalam proses belajar-mengajar untuk memantik dan mengungkapkan gagasan-gagasan siswa tentang suatu topik tertentu. Pengedepanan dialog mengondisikan proses transfer pengetahuan berlangsung secara alami. Siswa menemukan, mengolah, dan memilih pengetahuan yang relevan untuk kehidupan.
Pendidikan 4.0
Salah satu tema penting dalam Pendidikan 4.0 adalah perlunya memikirkan kembali bagaimana guru mendukung pembelajaran, memanfaatkan interaksi daring atau tatap muka yang unik, dan pemanfaatan teknologi demi mencapai tujuan pembelajaran. Proses pembelajaran jadi lebih aktratif, menarik, dan inovatif berkat dukungan sarana teknologi digital. Guru dapat menggunakan beragam video dari Youtube untuk membahas suatu tema/ kompetensi dasar pembelajaran.
Penggunaan sarana teknologi digital dalam pembelajaran semakin membuat siswa antusias. Teknologi digital membuat suatu materi pembelajaran dapat ditampilkan dalam bentuk animasi/ simulasi yang memudahkan siswa memahami. Ada beberapa contoh Merdeka Belajar yang sudah mulai dilakukan, bahkan sebelum Nadiem Makarim, Mendikbudristek Kabinet Kerja meluncurkan Program Merdeka Belajar.
Di Bantul terdapat sebuah sekolah yang sudah menerapkan Merdeka Belajar, yakni Sekolah Sanggar Anak Alam. Tujuan Pembelajaran sekolah tersebut bertitik tolak dari lingkungan sekitar. Para guru di sekolah Sanggar Anak Alam, Bantul melakukan pendekatan dengan basis kearifan lokal. Suatu kali pernah terjadi kecurian di sekolah itu.
Peristiwa kecurian di sekolah dapat dijadikan titik tolak untuk mengajarkan secara langsung tentang sikap jujur dan adil dalam menangani suatu permasalahan, sehingga solusi yang dihasilkan dapat merangkul bagi semua warga sekolah.
Berubah atau Punah