Ketika keterbatasan
menjadi sebuah kelebihan
(Angkie Yudistia)
Seorang perempuan, penyandang gelar pascasarjana, finalis Abang None perwakilan Jakarta Barat, duta Indonesia untuk perhelatan Asia-Pacific Development Center of Disability di Bangkok, Thailand dan seorang pemilik kewirausahaan sosial, Thisable Enterprise.
Melalui Thisable Enterprise ia menggunakan kemampuan kewirausahaan untuk melakukan perubahan sosial yang meliputi pemberdayaan kaum penyandang difabilitas di Indonesia. Ia juga aktif membantu Yayasan Tunarungu, Sehjira bersama para perempuan penyandang disabilitas lain untuk berbagi pengalaman agar dapat menerima keterbatasan dan memaksimalkan segala potensi yang dimiliki.
Sakitnya Dibedakan
Sosok perempuan inspiratif tersebut adalah Angkie Yudistia. Sebagai penyandang tunarungu ia selalu dikucilkan oleh kawan-kawan sebayanya sebab ia menjalani pendidikan di sekolah umum. Mereka memperhatikan tentang dirinya yang acapkali bicara terbata-bata dan amat jarang merespon teguran atau bahkan sapaan orang-orang sekitar. Ketika di jenjang SD, SMP dan SMA, ia selalu jadi pusat perhatian, namun kala itu dirinya tidak dirisak oleh teman-teman sekolah karena berhasil jadi artis remaja atau bintang iklan.
Selang beberapa hari kemudian, tak sengaja jari penulis menekan remote saluran televisi dan terhenti di acara, Hitam Putih, Trans 7. Kala itu Dedy Corbuzier, pembawa acara sedang memperbincangkan suatu tema dengan narasumber pertama. Tema yang mereka perbincangkan tidak terlalu menarik perhatian, sehingga saya tidak terlalu fokus menyaksikan. Setelah beberapa kali jeda iklan, tiba giliran bagi Dedy Corbuzier mengundang narasumber kedua.
Mata dan telinga penulis langsung fokus, ketika Bung Dedy memanggil nama narasumber kedua yakni, Angkie Yudistia. Ternyata benar. Beberapa hari sebelumnya, penulis telah menyaksikannya di acara Radio Show, TV One. Malam itu ia kembali menjadi narasumber di acara Hitam Putih.
Dalam acara Hitam Putih tersebut penulis lebih banyak mendapatkan informasi tentang Angkie. Hal yang paling mengharukan, ketika ia menceritakan mengenai wawancara kerja yang pernah dialami. Ia kerapkali menyebutkan bahwa dirinya adalah seorang tunarungu dalam setiap wawancara kerja.