Lihat ke Halaman Asli

Bona Ventura Ventura

Kontributor buku antologi: Presiden Jokowi: Harapan Baru Indonesia, Elex Media, 2014 - 3 Tahun Pencapaian Jokowi, Bening Pustaka, 2017 | Mengampu mapel Bahasa Indonesia, Menulis Kreatif, dan media digital

Ziarah Mencekam

Diperbarui: 5 Oktober 2021   14:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

barubelajarjalan.blogspot.com

Tempat ziarah ini berada di kaki Gunung Ciremai. Lokasi ziarah ini ramai dikunjungi pada bulan Mei dan Oktober tiap tahun. Lokasi ziarah ini menjadi salah satu destinasi ziarah favorit bagi umat Katolik di Indonesia. Lokasi ziarah ini masuk ke dalam Kab. Kuningan, Jawa Barat. Letaknya di kaki gunung membuat suasana dingin selalu menyelimuti kawasan tersebut. Terkadang kabut tebal dan angin kencang terjadi di sini.

Bagi umat Katolik berziarah bisa dilakukan sepanjang tahun, namun pada dua bulan yang dikhususkan untuk penghormatan kepada Bunda Maria, yakni Mei dan Oktober hampir sebagian besar tempat ziarah dibanjiri oleh umat. Pada dua bulan tersebut merupakan kesempatan besar bagi umat untuk mendoakan ujud-ujud doa di berbagai Gua Maria. Per Mariam Ad Jesum/ Melalui Maria Menuju Yesus. 

Di Indonesia tersebar Gua Maria. Dari Pulau Sumatera, Jawa, Bali, Sulawesi, Kalimantan, Nusa Tenggara, dan Papua. Lokasi terbanyak Gua Maria tedapat di Pulau Jawa. Paling terkenal adalah Gua Maria Sendangsono. Lokasi Gua Maria terletak di Desa Banjaroyo, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo, DI Yogyakarta. 

Lokasi itu awalnya merupakan tempat peristirahatan para rohaniwan Buddha, sebelum menuju Candi Borobudur. Dalam lokasi terdapat mata air dan teduh karena dipayungi pepohonan. Salah satunya Pohon Sono/ Dalbergia latifolia.

Berdasarkan kepercayaan masyarakat setempat lokasi ini kuat secara energi spiritual sebab adanya kepercayaan yang didasarkan pada suatu legenda bahwa tempat itu juga dihuni Dewi Lantamsari dan putra tunggalnya, Den Baguse Samija.

Pernah suatu kali, sekitar Februari tahun 2005 bersama rombongan teman kampus, kuberziarah ke Gua Maria. Namun sampai di lokasi sudah mendekati tengah malam. Apesnya, panitia tidak memberitahu ke penjaga lokasi ziarah bahwa kami akan langsung berziarah pada tengah malam sehingga dia mematikan semua penerangan dari pintu masuk hingga ke lokasi ziarah. 

Alhasil kami berziarah lewat tengah malam dalam keadaan gelap gulita. Masing-masing kelompok hanya dibekali 2 batang lilin. Satu untuk orang di bagian depan. Satunya lagi untuk orang bagian belakang. 

Ada kejadian mencekam yang kami alami. Sebagai kelompok paling terakhir yang berangkat menuju lokasi ziarah. Posisi saya di bagian depan. Kala menengok ke kanan saya melihat sekelebatan warna putih. Perlahan kuperlambat langkah. Semakin mendekat. Kelebatan warna putih itu semakin jelas. Tidak hanya satu, namun kelebatan warna putih tersebut semakin banyak. 

Wah kuharus tetap konsentrasi. Jangan sampai teman-teman kelompok menjadi panik. Semakin dekat, sukses membuatku merinding disko. Sampai kuberhasil melihat jelas bahwa itu kompleks kuburan. 

Usai yakin itu kompleks kuburan. Bukan makhluk menyeramkan, maka kuberitahukan ke teman-teman kelompok agar jangan sekali-kali berani menengok ke arah kanan. Namun teman-teman kelompok yang sebagian besar perempuan semakin penasaran dengan larangan tersebut. Hingga mereka memutuskan untuk melihat ke kanan. 

Usai itu mereka mengigil ketakutan dan semua teman perempuan menggandengku. Jadi, posisi kami tidak lagi berbaris ke belakang, melainkan bersebelahan. Sepanjang jalan mereka semakin erat menggandeng kedua tanganku. Tiap kali ada bayangan atau bunyi benda jatuh, spontan mereka berteriak dan semakin menggandeng kencang tanganku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline