Lihat ke Halaman Asli

Bona Ventura Ventura

Kontributor buku antologi: Presiden Jokowi: Harapan Baru Indonesia, Elex Media, 2014 - 3 Tahun Pencapaian Jokowi, Bening Pustaka, 2017 | Mengampu mapel Bahasa Indonesia, Menulis Kreatif, dan media digital

Bedah Bariatrik: Solusi Penanganan Obesitas

Diperbarui: 1 Agustus 2017   07:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (Thinkstockphotos)

Hal yang tidak disadari oleh manusia dalam keseharian adalah obesitas. Hidup terus berjalan. Manusia mengonsumsi makanan dan minuman yang kadang disukai tanpa menyadari sepenuhnya bahwa ada hal yang mengancam kesehatan dan keberlangsungan hidup, yakni obesitas. Meningkat bobot tubuh memamg tidak terjadi dalam satu malam saja, maka perubahan ini kerap tidak disadari sepenuhnya. Obesitas mulai disadari saat bobot tubuh mulai meningkat 5 – 10 kilogram dari bobot sebelumnya. Selain itu, meningkat bobot tubuh dari berat normal mulai menimbulkan gejala mudah lelah, kadang sesak nafas, dan kondisi fisik tubuh mulai menurun.

Pola makan dan gaya hidup menyumbang besar maraknya gejala obesitas pada kaum urban. Makan sembarangan dan tidak teratur cukup identik dengan kaum urban yang sibuk. Kadang mereka beraktivitas di saat malam, justru tidur di pagi dan siang hari. Singkatnya, mereka menjadikan waktu tubuh beristirahat menjadi beraktivitas. Waktu beraktivitas digunakan untuk tidur. Pola terbalik dalam hidup kaum urban juga terjadi dalam mengonsumsi makanan. Makanan atau minuman cepat saji yang awalnya hanya untuk pereda lapar sementara, justru dijadikan asupan utama.

Salah Kaprah Atasi Obesitas

Obesitas kini kerap muncul menjadi pokok bahasan manusia dalam kehidupan. Ada yang pernah berjuang mengendalikan obesitas dan berhasil. Ada yang hingga kini masih berjuang kendalikan obesitas, namun kerap gagal, dan mencoba kembali dari awal. Beragam cara dilakukan manusia untuk melawan obesitas, dari cara sederhana hingga cara termutakhir. Pola sederhana dalam melawan obesitas adalah dengan mengatur pola makan. Pola makan diatur dengan cara diet ketat, diet rendah lemak, diet karbohidrat, diet golongan darah, kombinasi makan (food combining), vegetarian, dan jendela makan.

3 metode bedah bariatrik - sumber gambar: medindia.net

Bertambahnya bobot tubuh hingga mengalami obesitas pada seseorang tidak terjadi dalam 24 jam. Ketika bobot tubuh mulai membengkak dan pakaian mulai terasa sempit, maka terjadi kepanikan pada dirinya. Cara instan biasa diambil oleh seseorang yang panik mengalami obesitas. Pola diet yang salah, justru akan memperburuk kondisi tubuh. Masyarakat awam menganggap diet adalah menahan lapar atau menunda lama untuk makan. Sebagai contoh aplikasi diet yang tidak tepat kerap terjadi pada diet rendah kalori. Jika diet tersebut dilakukan tidak tepat akan menyebabkan kanker. Kelaparan yang diakibatkan oleh rendah kalori mengakibatkan kerusakan sel. Hal ini berakibat lisosom bergerak mendaur ulang sel sehat (Lebang,2014).

Kepanikan terhadap obesitas kadang membutakan akal sehat sehingga mengambil keputusan instan untuk dalam waktu singkat berusaha menurunkan berat badan. Drastis menurunkan berat badan akan mengacaukan metabolisme tubuh. Selain itu, pada beberapa kasus berat badan seseorang mampu turun cepat dalam waktu singkat, tetapi tidak lama berselang berat badan mengalami kenaikan seperti semula. Pada kasus ekstrem, orang yang pernah berhasil menurunkan berat badan dalam waktu singkat, namun dalam waktu tidak lama kembali naik berat badannya akan menimbulkan keputusasaan. Penulis memiliki teman yang obesitas. Dalam pengalamannya ia pernah mencoba diet dan berhasil menurunkan berat badan, namun tidak lama kemudian berat badan kembali naik. Kini ia sudah lelah menurunkan berat badannya dan bersikap masa bodoh terhadap obesitasnya.

Diet yang instan dan dilakukan hanya dalam kurun waktu tidak lama, justru mengacaukan metabolisme tubuh. Erikar Lebang penulis beberapa buku pola hidup sehat mengungkapkan bahwa diet seharusnya berlangsung seumur hidup, bukan sekadar dilakukan lalu dihentikan. Selain itu, diet seharusnya menjaga fungsi dan kualitas kesehatan, bukan sekadar memanipulasi tubuh agar mendapatkan bentuk sesuai keinginan (Lebang,2014).

Mencegah Lebih Penting

Beragam masalah kesehatan lebih menekankan pada pengobatan (kuratif) atau sisi hilir, namun mengabaikan sisi pencegahan (preventif). Hulu dari kesehatan manusia adalah terletak pada pencegahan. Salah paham tersebut mengubah haluan konsep sehat pada diri sebagian besar orang. Kuratif lebih baik dari preventif. Padahal sejatinya, preventif lebih baik dari kuratif. Pada kasus obesitas yang kerap dialami adalah muncul masalah obesitas, lalu baru terjadi penanganan. Sebagian besar masalah kesehatan, termasuk obesitas akan menghabiskan banyak waktu dan biaya pada kurun waktu pengobatan. Maka ada ungkapan bijak: nikmat yang sering dilupakan manusia adalah nikmat sehat.

Menjaga kesehatan, termasuk menghindari obesitas berkaitan dengan pencegahan. Pola makan dan gaya hidup sehat berpengaruh besar pada wilayah pencegahan. Gaya hidup sehat dan mengatur pola makan dapat berpengaruh positif pada kualitas hidup manusia. Pencegahan penyakit atau obesitas dapat dimulai dari memulihkan kesehatan usus. Menurut Hiromi Shinya, dokter dan penulis laris ragam buku kesehatan, bahwa usus yang bersih akan memfasilitasi perbaikan kondisi tubuh, karena usus merupakan organ pencernaan paling utama dalam tubuh manusia.

Ragam Cara Atasi Obesitas

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline