Lihat ke Halaman Asli

Bona Ventura Ventura

Kontributor buku antologi: Presiden Jokowi: Harapan Baru Indonesia, Elex Media, 2014 - 3 Tahun Pencapaian Jokowi, Bening Pustaka, 2017 | Mengampu mapel Bahasa Indonesia, Menulis Kreatif, dan media digital

Kedai PKI (Penikmat Kopi Indonesia)

Diperbarui: 17 Agustus 2016   13:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Kopi Sumatera mengenalkanku

pada cita rasa kopi sesungguhnya.

Minumlah kopi terbaik dan

kalian tidak akan berpaling.

(Erna Knutsen, Pencetus terminologi Kopi

Special)

                                                                             

Massa bergerak merangsek masuk. Dari berbagai sisi mereka satu tujuan. Menghancurkan yang selama ini sudah mengurangi pendapatan. Kobaran api mulai menjilat ke berbagai sisi. Merekalah barisan sakit hati. Tengkulak penghisap darah. Berhasilnya dihasut para penggarap kopi untuk menjadi demonstran hari ini. Amukan mereka hampir memusnahkan gudang kopi koperasi Gayo Kopi Bermartabat (GKB), Aceh Tengah. Keputusan tepat. Bertindak cepat. Muzzakir hanya punya 2 pilihan.

Berusaha mencegah massa dengan kemampuan sendiri yang berujung hancurnya gudang kopi atau merelakan sedikit gudang tersebut terbakar untuk mencari bantuan sesegera mungkin. Ia melesat. Mencari pertolongan terdekat. 10 menit berlari. Tibalah ia di muka rumah Kyai Manaf. Tanpa basa-basi, Muzzakir langsung menumpahkan apa yang sedang terjadi. Mereka segera berlari menuju gudang kopi GKB.

Pertolongan tiba. Sebelum gudang kopi GKB musnah menjadi abu, Kyai Manaf mampu meredam gejolak amarah massa. Pendekatan secara kekeluargaan mampu melunakkan bara amarah dalam diri para demonstran. Dengan kharisma Kyai Manaf, massa sedikit mampu diajak berdialog. Mereka sebetulnya hanya petani penggarap. Mereka berhasil dihasut oleh para para tengkulak.

Kehadiran koperasi GKB mampu memberikan opsi kepada para petani pemilik lahan untuk menjual hasil kopi. Tengkulak mati kutu. Gudang mereka kosong. Para petani kini tak lagi menjual hasil panen kopi ke mereka. Selama ini, para petani seolah tak punya kendali. Harga kopi bisa ditekan semena-mena oleh tengkulak. Para tengkulak betul-betul membeli hasil panen kopi dengan harga yang tak manusiawi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline