Lihat ke Halaman Asli

Christian Bona

Suka Menulis

Kendaraan Listrik dan Tantangannya

Diperbarui: 3 Desember 2022   16:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Stasiun kendaraan listrik umum (Sumber: Antara)

Baru-baru ini ramai diperbincangkan tentang subsidi motor listrik. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Pandjaitan di Youtube resmi Permata Bank mengungkapkan kalau pemerintah akan mensubsidi pembelian motor listrik sebesar 6,5 juta, Selasa (29/11/2022).

Komitmen pemerintah Indonesia untuk mempercepat transisi energi terlihat dari keputusan untuk memberikan subsidi motor listrik sebesar 6,5 juta seperti yang diucapkan Luhut saat diwawancarai.

Tetapi Indonesia masih memiliki banyak tugas yang harus dikerjakan jika ingin tujuan ini tercapai salah satunya adalah membangun ekosistem kendaraan listrik.

Dalam pengembangan kendaraan listrik, terlebih dulu kita harus mengetahui tentang faktor yang membentuk ekosistem kendaraan listrik yang ingin Indonesia capai.

Berdasarkan penelitian dari IESR, ekosistem kendaraan listrik terdiri dari infrastruktur pengisian daya, pasokan kendaraan listrik, kesadaran dan penerimaan publik, rantai pasokan baterai dan komponen kendaraan listrik serta yang terakhir adalah insentif dan kebijakan pendukung dari pemerintah.

Pemerintah telah memulai pembangunan stasiun pengisian daya untuk kendaraan listrik yang didorong oleh peraturan Kementrian ESDM lewat peraturan (PM/ESDM 12/2020). Ini menunjukkan tindakan yang baik dari pemerintah meskipun memiliki tantangan finansial karena membutuhkan investasi yang besar dalam pembangunannya.

Penyediaan inftrastruktur pengisian daya (Dirjen Ketenagalistrikan ESDM, 2020)

Kendaraan listrik di Indonesia masih didominasi oleh motor listrik sedangkan untuk mobil masih sedikit. Hal ini diakibatkan fasilitas produksi yang masih minim. Berdasarkan Kementrian Perindustrian tahun 2020, jumlah produsen motor listrik ada 15 perusahaan yaitu: Viar, Gesits, Selis, CGO, United, Tomara, Volta, Unifly, Electro, Sunkrace, Artas, Gelis, Baneli, Keeway, Kymco dan Migo dengan kapasitas produksi 877.000 per tahun, jumlah mobil listrik hanya MAB dengan kapasitas produksi 1200/tahun.

Salah satu tantangan utama dari kendaraan listrik di Indonesia adalah bagaimana membangun rantai pasokan listrik mulai dari persiapan bahan baku, manufaktur komponen kendaraan listrik seperti baterai, produksi kendaraan listrik dan pemasaran kendaraan listrik.

Dalam hal bahan baku, Indonesia memiliki potensi karena mempunyai cadangan nikel yang sangat besar. Nikel diperlukan untuk bahan utama pembuatan baterai sehingga dengan adanya cadangan di negeri sendiri bisa bisa memproduksi baterai agar kendaraan listrik di Indonesia bisa menjadi lebih murah atau bisa diekspor ke luar negeri untuk menambah devisa negara. Produksi nikel saat ini berpusat di dua kawasan Industri, yaitu: Kawasan Industri Morowali di Sulawesi Tengah dan Kawasan Industri Weda Bay di Maluku Utara.

Meskipun Indonesia memiliki kawasan industri yang mengolah nikel, kawasan tersebut hanya mengolah bahan baku. Pembuatan sel dan pack baterai masih belum terealisasi. Butuh kerjasama dengan perusahaan yang memiliki teknologi yang canggih agar bisa membuat baterai listrik sehingga pemerintah berusaha untuk bekerjasama dengan Tesla. Perusahaan Tesla kabarnya tertarik membangun pabrik baterai listrik yang nantinya akan ditempatkan di Jawa Tengah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline