Lihat ke Halaman Asli

Meniadakan Diskriminasi Rasial Lewat Pendidikan

Diperbarui: 13 Oktober 2016   09:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Salah satu isu yang paling menonjol dalam kampanye calon presiden Amerika Serikat dari Partai Republik dan Demokrat yang saat ini sedang berlangsung adalah persoalan rasial. Amerika Serkat merupakan salah satu negara di dunia yang sangat heterogen dari segi ras. Warga Amerika Serikat berasal dari macam-macam suku bangsa. Beberapa yang terbesar adalah suku asli Amerika, keturunan Afrika, keturunan Asia, keturunan Amerika Latin, dan keturunan Eropa. Sejak zaman perbudakan hingga beberapa dekade yang lalu, warga Amerika keturunan Eropa mendapat keistimewaan dalam banyak bidang seperti politik, pendidikan, ekonomi dan kepemilikan tanah.

Ekspresi diskriminasi rasial menjadi semakin kelihatan ketika Donald Trump, kandidat presiden dari Partai Republik, menyatakan keinginannya untuk membangun tembok untuk membendung masuknya imigran Meksiko dan juga melalui pernyataann-pernyataannya di muka umum termasuk yang disampaikan lewat media sosial seperti Twitter yang cenderung mendiskreditkan warga Amerika selain yang berasal dari keturunan Eropa. Bersamaan dengan kampanye calon presiden, terjadi beberapa kasus penembankan yang melibatkan warga Amerika keturunan Afrika di beberapa tempat di Amerika baru-baru ini. Apa yang sedang terjadi ini semakin mempertegas adanya garis pemisah yang membedakan antara “kami” dan “mereka” dalam masyarakat Amerika modern.

Persoalan rasial di Amerika sangat disadari oleh warganya. Berdasarkan hasil poling yang dilakukan CNN sebagaimana yang dilaporkan Catherina E. Schoichet pada 25 November 2015, mayoritas responden (49%) menyatakan bahwa persoalan rasial menjadi masalah besar bagi warga Amerika saat ini. Temuan ini lebih besar dibandingkan pada tahun 2011 yang kisarannya hanya 28% yang menyatakan hal serupa.

Serupa dengan Amerika Serikat, Indonesia merupakan negara dengan komposisi penduduk yang sangat majemuk. Masyarakat Indonesia berasal dari berbagai macam suku, ras, agama dan aliran kepercayaan. Kalau di Amerika yang sudah maju persoalan rasial masih sangat terasa, bahkan menjadi isu krusial dalam pemilihan presiden, apalagi di Indonesia yang mayoritas masyarakatnya yang masih rentan terhadap provokasi. Seperti di Amerika, di negara kita yang tercintai ini, persoalan rasial juga sangat terasa dalam bidang politik, ekonomi dan pendidikan. Hal itu sangat terlihat menjelang pilgub DKI yang sedang dalam proses penjaringan calon gubernur saat ini.

Bila kita mencermati berita media masa dan juga media sosial, suara-suara yang cendrung rasialis masih sangat kencang. Mereka cenderung melihat para calon gubernur bukan dari segi prestasi melainkan dari segi latar belakang suku, ras dan agamanya. Dan kita semua sadar bahwa sikap seperti itu tidak benar dan tidak sesuai dengan semangat bangsa kita yang berlandaskan Pancasila dan UUD tahun 1945.

Selain tampak dalam kontestasi politik di Jakarta, persoalan rasial juga terjadi di Yogyakarta baru-baru ini. Situasi terakhir yang melibatkan mahasiswa Papua di Yogyakarta sangat mencederai semangat kebangsaan kita oleh karena diskriminasi dan tindak kekerasan yang cenderung tidak manusiawi yang dilakukan terhadap mahasiswa asal Papua di Yogyakarta, lepas dari kenakalan yang mereka telah lakukan di tengah masyarakat kota Yogyakarta.

Dalam bidang ekonomi, masyarakat kita cenderung dikelompokkan berdasarkan ras. Sebut misalnya, orang cenderung beranggapan bahwa WNI keturunan Tiongkok adalah kaum kaya, sementara WNI dari suku lainnya cenderung dianggap miskin. Lepas dari benar tidaknya anggapan-anggapan ini, sikap kita sebagai bangsa yang cenderung membiarkan anggapan-anggapan itu menyebar telah turut memberi andil bagi terciptanya pengelompokkan WNI berdasarkan label-label atau anggapan-anggapan yang tidak sepenuhnya benar dan jelas-jelas menjadi ancaman serius bagi keberlangsungan NKRI seperti yang dicita-citakan para Founding Fathers.

Meskipun demikian, Indonesia beruntung karena kita memiliki aset bersama yang bisa merekatkan kita, sekaligus memberi harapan kepada kita sebagai bangsa untuk bebas dari persoalan rasial di masa depan oleh karena kita memiliki Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pedoman Hidup yang mengakui dan menghargai kebinekaan yang dimiliki bangsa Indonesia sejak bangsa ini didirikan oleh para Founding Fatherskita.

Paparan di atas menunjukkan bahwa diskriminasi rasial merupakan persoalan yang terjadi di mana-mana dan telah lama ada, dan masalah rasial merupakan persoalan yang sangat serius. Oleh karena keseriusan dan kemendesakannya, maka seluruh warga bangsa harus sama-sama berikhtiar dan berupaya untuk segera menghilangkannya dari bumi tercinta dengan memperkuat semangat kebersamaan dan persatuan.

Wujud dari diskriminasi rasial adalah memperlakukan seseorang secara tidak adil berdasarkan ras mereka. Diskriminasi rasial bisa muncul dari sikap sadar atau tidak sadar, yang menempatkan seseorang lebih rendah berdasarkan rasnya daripada orang lainnya. Pertanyaannya, apa dan bagaimana cara yang paling tepat untuk menghilangkan diskriminasai rasial itu dari atas muka bumi pertiwi?

Jawaban atas pertanyaan ini bisa sangat bervariasi. Dua yang terpenting adalah melalui pendidikan di dalam keluarga serta lingkungan masyarakat dan melalui pendidikan formal di sekolah. Dalam tulisan singkat ini, saya hendak mengambil focus pada pendidikan di lingkungan sekolah dengan memberikan beberapa langkah praktis yang bisa diterapkan di dalam ruang kelas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline