“Celakalah kamu, hi ahli-ahli Taurat, sebab kamu telah mengambil kunci pengethuan; kamu sendiri tidak masuk ke dalam dan orang yang berusaha untuk masuk ke dalam kamu halang-halangi” (Luk 11:52).
Setelah mengecam orang-orang Farisi habis-habisan, kini Yesus mengecam ahli-ahli Taurat. Ahli-ahli Taurat adalah para pemuka agama Yahudi yang paham benar tentang Kitab Suci. Ahli Taurat adalah kaum elit agama Yahudi selain imam-imam.
Ahli-ahli Taurat menguasi Kitb Suci, mereka dianggap pemegang kunci pengetahun, setidaknya pengetahuan mengenai Kerajaan Allah, mengenai ajaran tentang yang baik dan benar menurut Kitab Suci Ibrani. Namun mereka dikritik Yesus. Mereka dikritik karena dianggap menghalang-halangi orang untuk masuk ke dalam pengetahuan, untuk memahami tentang yang baik dan benar, memahami ajaran-ajaran Tuhan dan hidup menurut ajaran itu.
Dalam level tertentu, kaum elit dari segala zaman, dianugerahi kelebihan untuk memahami pengetahuan tentang apa saja sesuai keahliannya. Pemerintah dan DPR, karena posisi mereka, mengetahui tentang kebenaran mengani berbagai hal di negeri ini. Mereka mengetahui tentang penderitaan rakyat dan kesulitan-kesulitan yang rakyat hadapi. Mereka mengetahui kebenaran tentang kemampuan negeri ini untuk mensejahterakan rakyatnya oleh karena sumberdayanya yang melimpah. Mereka mengetahui tentang besarnya anggaran yang diperlukan untuk mensejahterakan seluruh rakyat Indonesia.
Namun pengetahuan-pengetahuan itu tidak mereka manfaatkan untuk segera mensejahterakan bangsa ini. Mereka malah sibuk menyembunyikan kebenaran, menghang-halangi orang banyak untuk mengetahui pengetahuan itu dan kemudian memanfaatkannya untuk kesejahteraan dan kebaikan banyak orang. Sebab dengan tetap menyembunyikan pengetahuan atau kebenaran, mereka berkesempatan untuk menikmati sendiri buah pengetahuan itu, dan menggunakannya untuk memperkaya diri atau untuk kepentingan sendiri.
Orang-orang sepeti inilah yang dikecam Yesus. Pada zaman ini, sabda Yesus di atas dapat berubah menjadi “Celakalah kamu Presiden, para menteri, gubernur, bupati atau walikota, dan camat. Celakalah kamu ara anggota DPD, DPR, dan DPRD. Celakalah kamu para polisi, jaksa dan para hakim. Karena kalian semua mengetahui kebenaran, tetapi tidak berbuat apa-apa melainkan menghalang-halangi orang untuk masuk ke dalam kebenaran itu”.
Ah, tetapipara pejabat kita telah bekerja keras dan bertindk serta berkata jujur selama ini. Maka patutlah kata “celakalah” di atas berubah menjadi “berbahagialah”. Berbahagialah engkau Presiden, para menteri, para gubernur, para bupati atau walikota dan camat. Berbahagialah kamu para anggota DPD, DPR dan DPRD. Berbahagialah kamu para polisi, para jaksa dan para hakim. Ya, Tuhn akan berkat “berbahagialah” kepada mereka semua. Sebab sejak mereka bekerja keras dan jujur serta adil, Bangsa Indonesia telah maju pesat. Seluruh rakyatnya sejahtera. Tidak ada yang mati kelaparan. Ah, seandainya saja demikian… Amin.
Tuhan, berilah kami para pemimpin seperti itu….
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H