Lihat ke Halaman Asli

Masbom

Suka cerita horor

Berbuka dengan yang Manis, Bukanlah Sebuah Anjuran

Diperbarui: 21 Mei 2019   11:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto : dokpri

Bulan Ramadhan telah memasuki pertengahan bulan. Suka dan duka telah terlewati selama menjalankan ibadah puasa. Dengan niat yang tulus pastilah kita akan dapat menyelesaikan ibadah puasa kita sebulan penuh. Yang terpenting harus bisa menjaga stamina tubuh dan menjaga hati dari segala perbuatan yang sia-sia yang dapat mengurangi kekhusyukan puasa kita atau malah dapat mengurangi pahala puasa dan mendapatkan dosa. Semoga Alloh SWT selalu memberi kemudahan pada kita semua. 

Yang menarik bagi penulis dan selalu menyita perhatian kita bersama selama berpuasa Ramadhan adalah menu makanan dan minuman untuk sahur dan berbuka. Dan kalau kita lagi di depan televisi tak terhitung berapa kali tayang iklan makanan dan minuman untuk menyambut buka puasa. 

Para pembuat iklan pun berusaha menampilkan gambar-gambar dan ungkapan yang semenarik mungkin pada pemirsa agar tergoda untuk membeli produk mereka. Siapa yang tidak kenal dengan ungkapan 'berbukalah dengan yang manis'? Sebuah ungkapan yang benar-benar pas dan begitu menggoda bagi yang mendengarkannya.

Lantas apa atau siapa 'yang manis itu'?

Bagi para pasangan muda pun menanggapinya dengan asyik-asyik saja. Mereka biasa menanggapi 'yang manis' itu adalah pasangan mereka sendiri sehingga mereka akan berpuasa dan berbuka dengan perasaan gembira bersama pasangannya.

Sedangkan bagi para orang tua khususnya ibu-ibu pastilah perhatian mereka tertuju pada makanan atau minuman yang manis untuk buka puasa bersama keluarga. Karena setelah seharian berpuasa tubuh membutuhkan asupan energi yang berupa gula siap pakai dan mineral untuk mengembalikan kesegaran tubuh.

 Penulis jadi teringat dulu semasa kecil ayah atau ibu selalu membuat minuman teh hangat manis untuk mengawali buka puasa. 

Tapi seiring berjalannya waktu dan  penulis berkeluarga serta mempunyai kesibukan bekerja, terkadang waktu berbuka masih dalam perjalanan pulang. Untuk itu penulis selalu membawa minuman air putih untuk menyegerakan berbuka di jalan.

Nabi pun mengawali berbuka puasa dengan makanan yang manis pula, yaitu kurma basah (ruthab). Lantas apakah ungkapan 'berbuka dengan yang manis' serta merta menjadi suatu anjuran atau sunah nabi? Mari kita perhatikan hadis nabi berikut.

"Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berbuka dengan kurma basah (ruthab), jika tidak ada ruthab maka berbuka dengan kurma kering (tamr), jika tidak ada tamr maka minum dengan satu tegukan air." (HR. Ahmad, Abu Dawud, sanadnya shahih)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline