Lihat ke Halaman Asli

Masbom

Suka cerita horor

Cerpen | Ran (Kasih Tak Sampai)

Diperbarui: 20 Agustus 2019   21:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pic. Pixabay.com ; design by me (story art)

... dan sebuah foto usang Mbah Kakung bersama Ran yang masih tersimpan di album lawas mengingatkan aku akan sedikit kisah cinta mereka ....

Sebagai anggota tentara PETA pada waktu itu bukan hal yang mustahil jika Mbah Kakung mempunyai akses untuk berhubungan dengan orang-orang maupun tentara pendudukan Jepang. Hubungan kedekatan mereka dianggap sebagai hal yang lumrah karena pada saat itu tentara PETA juga bertugas untuk pemerintah pendudukan Jepang. Sikap tegas dan ramah dari Mbah Kakung serta postur tubuh tegapnya begitu menarik perhatian pembesar Jepang tersebut sehingga dia diangkat menjadi orang kepercayaannya.

Dikisahkan bahwa keluarga pembesar Jepang itu mempunyai seorang anak gadis yang berusia lima tahun lebih muda dari Mbah Kakung. Ran nama gadis Jepang itu. Sebagai orang kepercayaan, Mbah Kakung selalu menemani ke mana pun keluarga itu pergi. Dan entah siapa yang memulainya, timbul benang-benang asmara dan terjalin kisah kasih di antara Mbah Kakung dengan Ran.

Mereka berdua sebenarnya menyadari bahwa kisah kasih mereka merupakan cinta terlarang karena begitu banyak perbedaan di antara mereka. Tetapi begitulah cinta, dia akan menemukan jalannya sendiri. Seberapa banyak perbedaan dan seberapa kokoh tembok penghalang, cinta akan bisa hadir di tengah-tengahnya. Cinta mampu memberikan pilihan untuk mendobrak batas-batas rasa bagi yang terkena panah asmaranya. 

Tetapi Mbah Kakung lebih memilih untuk menyembunyikan rasa itu dan menjalin kisah asmara tersembunyi dengan Ran. Mereka memanfaatkan waktu luang di sela-sela tugas Mbah Kakung sebagai tentara untuk bertemu atau pergi ke suatu tempat. Waktu itu hanya sepeda onthel Mbah Kakung yang menjadi alat transportasi bagi mereka dan selalu setia menemani ke mana dia pergi bersama kekasihnya.

Mereka sering bertemu dan bercengkerama melepas rindu di bawah pohon besar yang berada di tepi sebuah padang ilalang jauh dari tempat tinggal mereka. Tak terbayangkan betapa bahagianya Mbah Kakung dan Ran bersepeda mengelilingi padang ilalang tersebut. Tetapi mereka tidak menyangka kalau pertemuan saat itu akan menjadi kebahagiaan dan pertemuan terakhir bagi mereka. Situasi perang kemerdekaan saat itu sewaktu-waktu dapat memisahkan kisah asmara dua insan berbeda bangsa ini.

Suatu sore Mbah Kakung sedang beristirahat jaga di rumah sang pembesar Jepang. Tiba-tiba Ran dengan pakaian kimononya dan membawa tas kain yang cukup besar mendatanginya. Dia terlihat begitu cantik. Dengan langkah-langkah kecil dan tergesa-gesa dia menarik tangan Mbah Kakung yang sedang menikmati istirahat bersama teman-temannya.

"Watashio o tsureteitte (bawa aku pergi)!" kata Ran.

"Doko e iku (ke mana harus pergi)?" tanya Mbah Kakung sedikit terkejut. Tetapi Ran tidak menjawab. Dia terus menarik-narik tangan Mbah Kakung lagi. Hingga Mbah Kakung merasa sedikit terseret dan sejenak  menoleh ke arah taman-temannya.

"Sudah, sana pergi! Antar gadismu dulu. Sepertinya penting. Lihat apa yang dia bawa," kata salah seorang temannya sambil tersenyum. Mbah Kakung pun mengangguk dan segera menuruti ajakan kekasihnya tersebut. Dia mengambil sepeda onthel kesayangannya dan membawa  Ran pergi.

"Doko e iku?" Mbah Kakung mengulangi pertanyaannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline