Di bagian Alun-Alun Utara yang lain ....
Gadis kecil itu berkali-kali menoleh ke belakang ....
"Ada apa, Putri? Ayo cepat sedikit. Ibu masih takut sama anak-anak pencopet tadi."
"Iya, Bu."
Mereka adalah seorang Ibu bersama anak gadisnya yang baru saja menjadi korban pencopetan di arena Sekaten. Dan beruntung ada sepasang sahabat yang tidak sengaja menolong mereka. Hingga terjadi perkenalan singkat dengan anak gadisnya.
Tetapi sang gadis kecil belum sempat mengetahui nama sepasang dewa penolongnya. Hal itu membuatnya jadi penasaran.
Putri mempercepat langkah mengikuti ibunya. Tetapi tetap saja dia sering menoleh kebelakang.
"Kakak, di manakah engkau? Tidakkah engkau lewat jalan ini jika hendak pulang? Aku belum tahu nama dan rumahmu?" kata Putri dalam hati berharap dapat bertemu lagi dengan dewa penolongnya, Sono dan Tono.
Kerlap-kerlip cahaya bintang di langit malam dan gemerlapnya lampu yang ada di sana tidak dapat menutupi kegalauan hatinya. Dia seperti merasa kehilangan setelah perpisahannya dengan salah seorang dewa penolongnya.
Cowok ganteng itu telah mencuri perhatian sang gadis kecil periang berwajah manis. Panah asmara begitu kuat menancap dan mengikat dua hati yang baru saja bertemu.
Sepertinya Dewi Asmara lagi mabok hingga telah salah alamat dengan melontarkan panahnya pada sepasang remaja usia muda belia itu.
Bukankah hanya akan terjadi cinta monyet saja diantara mereka berdua? Tetapi Dewi Asmara tetap pada keputusannya dan tidak akan mencabut panah asmaranya. Sehingga Putri juga merasakan apa yang dirasakan Sono saat itu ... jatuh hati pada pandangan pertama.