Lihat ke Halaman Asli

Bomi Sai

Mahasiswa

Pemerintah Segera Hentikan Aktivitas Perusahan diatas Wilayah Adat Marga Moiwend, Gebze dan Kwipalo di Merauke

Diperbarui: 20 September 2024   14:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Docpri Bomi Sai 

SIARAN PERS

Aliansi mahasiswa Pemuda dan rakyat Papua Selatan ( AMPERA PS )

"Pemerintah Segera Hentikan Aktivitas Perusahan diatas Wilayah Adat Marga Moiwend, Gebze dan Kwipalo di Merauke"

Docpri Bomi Sai 

Penolakan-demi penolakan terus dilakukan oleh berbagai elemen masyarakat di Papua Selatan terkait Proyek Strategis Nasional  Swasembada Gula dan Bio etanol serta Program Cetak Sawah yang dianggap merampas Hak Hidup Masyarakat Adat di Papua Selatan dan juga menghilangkan Hak Masyarakat Adat atas Hak Ulayat.  Saat ini setidaknya ada tiga  Marga yang secara konsisten menolak kehadiran perusahan diatas tanah mereka yaitu marga Kwiplao dari Distrik Jagebob dan juga dua marga dari Distrik Ilwayab yaitu marga Gebze dan Moiwend. Perlu untuk diketahui bahwa Marga Moiwend dan Gebze pada hari jumat 13 September 2024 telah menyurati uskup Agung Merauke untuk turut menyuarakan Penyerobotan dan penggusuran paksa yang dilakukan oleh PT. Jhonlin Group atas hutan dan Tanah Adat marga Moiwend dan Gebze. Sikap menyurati  Keuskupan Agung untuk bersuara karena  sikap  pasif  pemerintah yang  tidak menggubris suara-suara penolakan dari masyarakat adat

Docpri Bomi Sai 

Dengan melihat situasi dan kondisi Aliansi Mahasiswa dan Pemuda Rakyat Papua Selatan ( AMPERA PS), sebuah Aliansi yang aktif menyuarakan Hak-hak Masyarakat Adat dan Penyelamatan Lingkungan yang dibentuk pada tahun 2023 di Merauke,  turut bersuara  menyikapi persoalan yang ada. Ambrosius Nit selaku ketua AMPERA PS menyampaikan bahwa,    Pemerintah dan PT.Jhonlin Grup agar segera hentikan pengusuran tanah Adat pembongkaran hutan  milik masyarakat adat maraga Gebze dan moiwend, karena aktifitas tersebut melanggar hak-hak masyrakat Adat mengingat tidak ada proses Persetujuan Atas Dasar Informasi di Awal Tanpa Paksaan (PADIATAPA)  dengan marga Moiwend dan Gebze pemilik hak Ulayat, karena seharusnya masyarakat diberikan ruang untuk menentukan terima atau tolak.  " Kami  Aliansi Mahasiswa, Pemuda dan Rakyat Papua Selatan (AMPERA-PS) Mendesak Pemerintah agar segera menghentikan pembongkaran hutan adat milik marga Gebze dan Moiwend karena tidak melalui  proses PADIATAPA dan  jelas-jelas telah melanggar Hak-hak Masyarakat Adat dan ini merupakan penyerobotan dan penggelapan tanah Adat, sehingga kami mendesak kepada  pemerintah agar  melindungi  dan menghormati hak-hak kesulungan masyarakat adat khususnya marga Moiwend dan Gebze". tuturnya.

Docpri Bomi Sai 

Selanjutnya Ambrosius menegaskan bahwa AMPERA PS siap mengawal perjuangan Marga Gebze dan Moiwend  bersama LBH PAPUA dan para aktivis lingkungan lainya untuk berjuang mempertahankan hak-hak masyarakat Adat. Ambros juga juga mengajak semua masyarakat Papua dan Indonesia untuk mengawal Perjuangan masyarakat  marga Gebze, Moiwend dan Kwipalo untuk menolak kehadiran perusahan yang masuk dalam  Proyek Strategis Nasional (PSN) yang terbukti melanggar Hak-hak Masyarakat Adat Papua. 

Docpri Bomi Sai 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline