Lihat ke Halaman Asli

Tepi Danau, Air Kelapa Muda, dan Pertanyaan-pertanyaan yang Berlarian

Diperbarui: 18 Oktober 2016   15:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sebelumnya….

Aku menulis ini pada malam Minggu. Mungkin disaat kau sedang siap ke pesta. Menghadiri pernikahan teman, atau bisa juga mantan pacar. Atau mungkin juga disaat kau sedang siap ke sebuah restoran untuk makan Sushi. Bersama Bapa Mama yang kau cintai. Atau mungkin juga disaat kau siap-siap ke Gereja, pergi berdoa agar Tuhan selalu memberi berkat untuk keseharian dan cita-cita masa depanmu. Atau bisa juga disaat kau baru saja pulang, dari nongkrong sore bersama teman-teman kantor, menghabiskan sore Sabtu bersama dengan riang. Atau mungkin disaat kau sedang berteleponan dengan kekasihmu, melepas rindu yang menua dan mungkin saja merencanakan perjumpaan yang romantis. Atau mungkin saja disaat kau sudah di rumah, dan memilih tak kemana-mana selepas pulang kerja yang melelahkan ingatan.

Aku menulis ini sebenarnya sejak siang tadi. Hanya saja, pikiranku tak sebagus kehendakku untuk tidur. Pun dua gelas Kopi yang aku minum, tak membuat kata-kata mengalir begitu saja. Sampai aku mencicilnya hingga petang. Lalu beberapa anak-anak pelajar salah satu SMA di kota ini datang dan meramaiakn kantor tempatku bekerja.

Mereka datang untuk merencanakan perayaan ulang tahun seorang teman perempuan mereka. Entah alasan apa mereka memilih tempat ini. Beberapa di antara mereka meniup balon, beberapa di antara yang lain latih nyanyi ‘Selamat Ulang Tahun’ di studio music mini kantor ini. Rencananya, malam Minggu ini, mereka akan memberi kejutan pada teman mereka itu. Dengan balon-balon, nyanyi-nyanyi, dan tentu saja dengan harapan-harapan terbaik. Ah, baik sekali mereka.

Jadi, aku menulis ini, sejak siang tadi, hingga petang dan beberapa anak-anak remaja menyanyikan lagu ulang tahun.

Aku menulis ini, untuk ingatan-ingatan setelah kita jumpa, untuk kenangan-kenangan agar tak lekas menua.

Aku menulis ini, untuk sebuah malam Minggu.

Tentang ‘Tepi Danau, Air Kelapa Muda, dan Pertanyaan-pertanyaan yang Berlarian”.

Aku menulis ini, tentang kita.

Aku menulis ini, untukmu.

Sebab hanya dengan menulis, aku bisa mencintaimu sebebasnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline