Lihat ke Halaman Asli

Parah, Three Lions Berubah Jadi Three Kittens, dan Dunia pun Tertawa

Diperbarui: 26 Juni 2015   15:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Assalaamu 'alaikum,

Suasana di KFC Bulungan semalam, riuh rendah oleh sorak-sorai, tak hanya pengunjung yang sedang makan tapi juga pengunjung yang sekedar lewat dan pengen nonton bola bareng. Game Jerman vs Inggris memang seru walau akhirnya tak berimbang dan berakhir dengan skor telak 4-1 untuk Jerman. Gak heran, di babak kedua pun, disela sorak-sorai, tak sedikit yang nyinyir meledek dan menertawakan tim Inggris. Mungkin bukan cuma di Bulungan, melainkan di seluruh dunia. Mereka semua tertawa geli, bagaimana bisa Three Lions yang digadang-gadang sebagai salah satu favorit terkuat menjadi kampiun kali ini, bisa begitu tame (jinak) bagaikan Three Kittens, yang manja, polos dan bingung tak tau harus berbuat apa. Gak tau deh, headline apa yang kira-kira bakal ditulis oleh tabloid-tabloid Inggris yang terkenal "kejam" itu atas peristiwa memalukan tim kesayangannya.

Semua pun pasti pada heran dan bingung dengan tim Union Jack ini. Inggris melangkah gagah ke Afrika Selatan dengan torehan 9 kemenangan dari 10 pertandingan, dan telah memastikan tempat jauh-jauh hari sebelumnya. Hasil uji coba mereka pun tidak terlalu jelek. Tim yang ditukangi oleh salah satu pelatih bergaji terbesar di dunia, yakni Fabio Capello dengan basic salary GBP 5 million/tahun (USD 7.46 million/tahun) berintikan para pemain di liga paling populer dan terketat di dunia, yakni EPL (England Premier League). Siapa sih yang tak kenal dengan Wayne Rooney, Stevan Gerrard, Fank Lampard dkk. Orang pun sampai rela harus membayar uang bulanan demi menyaksikan laga di liga mereka. Klub mereka begitu mendominasi Champions League di level Eropa. Tak kenal, maka tak sayang, karena yang paling sering masuk berita adalah EPL, maka orang pun sangat kenal dengan bintang-bintang di situ dan tentunya banyak sekali yang mendukung tim Inggris di turnamen kali ini.

Tapi, apa daya, Tim Inggris kali ini hancur total. Mereka begitu kepayahan meraih hasil seri lawan AS dan Aljazair, lalu menang tipis dari Slovenia di partai akhir. Cuma 2 gol yang mereka bukukan di babak penyisihan. Capello sendiri sampai tak mengnali tim yang dilatihnya itu. Ini bukan tim Inggris yang saya kenal, ujarnya. Saat Inggris lolos dari lubang jarum, para penggemarnya pun berharap mereka akan menunjukkan grafik permainan yang meningkat sampai menuju partai puncak. Tapi apa yang terjadi? Tim Inggris tak jua membaik dan akhirnya benar-benar dipermainkan oleh Jerman. Apakah ini faktor kelelahan karena ketatnya EPL? Hmm, agaknya tim Inggris pun tak lagi punya mental juara. Gak ada seorang pun yang mampu membangkitkan motivasi saat tertinggal. AS mungkin lebih hebat dari Inggris untuk ukuran semangat mengejar ketertinggalan. Tak ada sosok berwibawa yang menjadi jenderal untuk mereka. Permainan mereka ngawur, tanpa pola dan tak tentu arah. Bukan cuma kalah skor, semalam mereka memang kalah segala-galanya. Jauh, dan sangat jauh dari harapan para penggemarnya.

Jerman, yang terkenal sebagai tim spesialis turnamen, sebenarnya kerap kali tak pernah difavoritkan sebagai calon terkuat nomor satu. Apalagi, semua pemainnya kali ini bermain di liga domestik mereka. Itu berarti, kualitas para pemain mereka adalah rata-rata dan tidak begitu diakui di level dunia. Hanya ada satu pemain Jerman yang bermain di luar negaranya, yakni Michael Balalck, sang kapten yang bermain di Chelsea. Bersyukurlah, Ballack cedera. Cederanya Balalck semakin memincingkan kans Jerman menjadi favorit juara. Tapi justru di situlah berkahnya. Dari cedera Balalck ini, muncullah seorang bintang kejora nan terang yang masih belia.Siapa lagi kalau bukan Melsut Oziel, anak imigran Turki yang taat beribadah, humble dan sederhana. Siapa sangka duetnya dengan Bastian Schweinsteiger mampu mengiris jantung pertahanan lawan. Jerman secara tak sengaja telah menemukan kembali Playmaker yang lama dicarinya. Playmaker muda yang kini telah diincar oleh tim Arsenal dari EPL.

Bolehlah kalau sebagian fans berkilah andaikan gol Lampard yang secara kontroversial tak diakui oleh wasit itu, benar-benar menjadi gol dan menyamakan kedudukan, tentulah hasilnya akan lain. Boleh jadi begitu, tapi kalau skor akhir adalah 2-1 untuk Jerman. Tapi skor akhir adalah 4-1 untuk Jerman, dan semua orang sudah tau bagaimana ciamiknya Jerman mempermainkan tim Inggris, sampai-sampai komentator di siaran live pun berkata bahwa tim Jerman mengajarkan kepada tim Inggris bagaimana caranya membawa bole ke depan, dari garis pertahanan. Gol yang tak disahkan itu ibarat karma atas kejadian serupa di tahun 1966. Saat final Piala Dunia 1966 di Inggris, antara Inggris melawan Jerman Barat, saat skor 2-2 di normal time, di babak perpanjangan waktu, Geoff Hurst dari Inggris menembak bola yang menghantam mistar gawang, lalu memantul ke sekitar garis gawang. Tidak ada yang tau apakah bola itu melewati garis gawang atau tidak, namun wasit mensahkan gol itu. Gol ini dikenang sebagai GHOST GOAL, dan di kemudian hari diketahui bahwa bola tidak melewati garis gawang alias bukan gol. Inggris memenangkan partai final itu dengan skor 4-2. Kali ini, melawan Jerman pula, "Hukum Karma" itu terbalas kepada tim Inggris.

Jerman telah melaju ke babak Perempat Final. Lawan berikutnya adalah Argentina yang bermain sangat cantik dan stabil, dengan diinspirasikan oleh Lionel Messi, pesepakbola terbaik di dunia. Patut ditunggu duel menarik antara Lionel Messi dengan Mesut Oziel. Sayang sekali mereka sudah harus bertemu di babak yang lebih awal. Namun itulah realita. Seorang calon juara sejati tidak akan pernah takut menghadapi tim manapun. Toh pada akhirnya, untuk bisa merenggut gelar juara, mereka harus bertemu tim terbaik lainnya, cepat atau lambat, entah di babak yang mana. Jadi, untuk apa perlu takut, kalau memang PEDE dan punya mental juara. Siapapun tentu akan berani untuk dihadapinya. Kita tunggu saja duel menarik Jerman vs Argentina. Untuk Inggris, apa daya, zaman keemasan mereka telah lewat. Zaman emas mereka adalah di kala lini tengahnya diperkuat Beckham, Lampard dan Gerrad, dengan ujung tombaknya adalah Wayne Rooney dan Michael Owen. Namun itu telah berlalu beberapa tahun lalu, dan kini semua telah usai. Siapapun pelatihnya, rasanya sulit menjadikan mereka juara, andaikan mental juara tak mereka miliki. Sudah rahasia umum, pemain Inggris adalah juga seorang selebriti yang penuh keglamoran dan kepopuleran, sehingga bermental ingin dilayani bak seorang raja.

Moga-moga saja ke depannya Inggris ada perbaikan dan bisa menjadi juara. Tapi apakah harus menunggu sampai mereka menjadi tuan rumah lagi? Kapan kira-kira kampiun sepakbola akan kembali ke tanah leluhurnya lagi? Nobody knows. Ok, kita nikmati kelanjutan Piala Dunia yang sudah memasuki seperempat babak akhir ini. Prediksi pribadi? Hmmm, kira-kira seperti di bawah ini. Prediksi tentang tim yang lolos ke babak kedua, memiliki ketepatan "cuma 70%" yakni 11 dari 16 adalah benar. He he, gak tau selanjutnya gimana. Kalau benar 100%, tentulah saya gak perlu repot-repot kerja dan cukup "pasang taruhan" saja. He he, ya gak mungkinlah, itu kan judi. FYI, seorang bintang sekelas Pele pun ramalannya selalu ngawur. Apa yang dicuapkan Pele, pada aktualnya selalu berkebalikan. That's why hampir semua pengamat gak pernah memperdulikan ramalan Pele, karena sudah terlalu sering melesetnya. Saya lupa, untuk Piala Dunia kali ini, siapa yah yang diramalan bakal menjadi kampiun oleh Pele? Mbuh, soale dah gak peduli dengan ramalan doi yang memang boncos terus.

16 besar:

Uruguay vs Korsel --> Uruguay menang

Ghana vs AS --> Ghana menang

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline