Lihat ke Halaman Asli

Operasi Inteljen PSSI?

Diperbarui: 26 Juni 2015   10:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rahma Azhari & Simon Mcmenemy

Alfred Riedl, pelatih timnas Indonesia di Piala AFF 2010, tak bisa dibilang sebagai sosok yang puritan dan konservatif. Tapi bolehlah jika dikatakan suka menerapkan aturan yang bagi beberapa kalangan dianggap sebagai aturan kuno.

Dan dalam penerapannya, menurut beberapa kalangan, dinilai sebagai cenderung kaku yang tanpa kompromi.

Kaku yang tanpa kompromi, sebab seorang pemain yang telah dianggap sebagai salah satu maha bintang di kompetisi Liga Super Indonesia, Boaz Solosa, langsung dicoret dari daftar tim lantaran kedatangannya untuk bergabung ke dalam tim diperkirakan tak akan bisa tepat waktunya.

Setelah tim berkumpul pun, selama berlangsungnya kompetisi Piala AFF ini, Riedl juga menerapkan aturan denda bagi pemain dan pelatih serta assisten pelatih yang terlambat datang latihan.

Mereka yang kedapatan terlambat latihan akan didenda sebesar Rp.100.000/menit.

Disamping itu, Riedl dikatakan sebagai suka menerapkan aturan yang menurut beberapa orang dinilai sebagai membelenggu.

Membelenggu, lantaran ia juga menerapkan aturan karantina bagi para pemainnya. Dimana selama karantina itu, para pemain dilarang dijenguk oleh anggota keluarganya. Seorang Markus Horizon yang baru saja menjadi pengantin baru menjadi terpaksa harus berpisah sekian lamanya dari isterinya.

Tak hanya soal bertemu dengan keluarga saja, soal bertemu dengan para fans pengidolanya dan wawancara dengan para wartawan pun tak luput juga diberlakukan aturan yang membatasinya.

Sangsinya pun keras. Siapapun yang melanggarnya akan dikeluarkan dari tim.

Kehidupan para pemain selama berada di karantina pun diberlakukan aturan. Semuanya serba diatur. Diberlakukan aturan selayaknya penerapan aturan asrama bagi anak remaja. Ada peraturan soal jam makan, ada aturan soal waktu bezoek, ada pula aturan soal jam tidur.

Soal selera terhadap menu makanannya pun tak luput turut diaturnya pula. Para pemainnya tak boleh sembarangan menyantap makanan yang sesuai dengan seleranya. Untuk keperluan soal ini sampai harus dibentuk tim sport science untuk mengaturnya.

Pendekatan sport science itu mulai dari apa yang disebut sebagai teknik nutrisi yang menggunakan creatine dan glutamine, sampai dengan nutrisi tambahan berupa glucosamine dan chondroitine.

Tak hanya cukup dengan itu. Para pemain saat jeda istirahat ditengah latihan, maupun jeda paruh waktu saat pertandingan tak boleh hanya sekedar minum air putih biasa. Namun diharuskan meminum 500 cc larutan elektrolit dan 500 cc air putih, yang sebelumnya sudah dipersiapkan oleh official team dari bagian tim sport science.

Sayangnya, tidak ada kabar yang menjelaskan, apakah aturan soal minum minuman beralkohol turut diatur pula.

Soal rumit dan detail, sepertinya sosok Riedl memang menyukai hal yang seperti itu. Bahkan menurut kabar, dikatakan bahwa official timnas juga lagi sibuk menyusun cara dan metoda untuk penyiapan menu makanan, dalam rangka persiapan saat nantinya timnas Indonesia berlaga tandang ke Malaysia di pertandingan Final leg pertama.

Entahlah, apakah hal seperti tersebut diatas itu pantas disebut sebagai kuno dan puritan serta konservatif disertai dengan kekakuan penerapannya yang membelenggu. Ataukah, justru merupakan hal yang mencerminkan kedisiplinan dan penerapan aturan spartan selayaknya para atlet olimpiade di zaman Romawi kuno dulu.

Pesta Pemain Filipina

Tapi yang jelas, aturan serupa sangat bisa jadi tak diterapkan oleh official tim dari timnas negara lain yang kemarin menjadi peserta putaran final Piala AFF 2010.

Paling tidak sepertinya hal semacam itu tak diterapkan timnas Filipina. Setidaknya di tim itu tidak ada diberlakukan aturan soal karantina yang tidak membolehkan para pemainnya bertemu dengan keluarga dan para fans pengidolanya.

Hal itu terlihat dari beberapa foto yang konon katanya diupload di dunia maya oleh Rahma Azhari, seorang model dan bintang sinetron Indonesia yang namanya cukup dikenal oleh mayoritas publik.

Foto-foto yang memperlihatkan beberapa pose dari Simon Mcmenemy, pelatih timnas Filipina, beserta dengan beberapa pemainnya seakan menguatkan dugaan itu.

Kalau pun foto-foto mereka yang terlihat sedang bercengkerama dengan Rahma Azhari beserta dengan rekan-rekannya itu tak bisa disebut sebagai berbackground suasana pesta, paling tidak foto-foto itu memperlihatkan bahwa aturan menyerupai aturannya Riedl yang membatasi pertemuan kencan pemainnya dengan para fans idolanya memang tak diterapkan di timnas Filipina.

Berkait dengan itu, dalam soal pendekatan pencapaian prestasi dengan teknik sport science memanglah telah dikenal secara meluas di dunia olahraga zaman modern ini.

Tapi jika dalam soal pendekatan karantina yang membatasi aktivitas pemain, termasuk soal kencan dengan para fans pengidolanya, memanglah masih menjadi polemik perdebatan dikalangan ahli pembinaan atlet olahraga.

Tapi yang jelas, Filipina memang telah dua kali berturut-turut berhasil dikalahkan oleh timnas Indonesia. Bahkan kali yang kedua, kiper mereka secara telak dan sempurna telah ditaklukkan oleh tendangan Gonzales yang dilepaskannya dari luar kotak pinalti.

Sehubungan dengan semua itu, termasuk juga dengan kemunculannya foto-foto Rahma Azhari, menjadikan muncul pertanyaan menarik.

Apakah lantaran aturan karantinanya Riedl yang menjadikan Indonesia menjadi lebih berdaya dan bertenaga dibandingkan Filipina, sehingga membuat Filipina menjadi bisa terkalahkan oleh Indonesia ? .

Ataukah, karena ada faktor penyebab lain yang membuat Filipina menjadi bisa terkalahkan oleh Indonesia ?.

Wallahualambishshawab.

*

*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline