Lihat ke Halaman Asli

Kompasiana Bicara Cinta

Diperbarui: 26 Juni 2015   18:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jantung Hati .01

[caption id="" align="alignleft" width="150" caption="Ilustrasi"][/caption]

Atmosfir dunia maya terasa membara, tak terkecuali pula terjadi di jagad maya Kompasiana.

Temperatur yang panas itu bukan karena imbas dari suhu iklim bumi yang memanas lantaran pemanasan global. Namun, disebabkan karena cinta.

Cinta, ya cinta. Cinta yang karena besarnya kadar cinta para penghuninya.

Besarnya kadar cinta terkadang memang mampu membuat sang pecintanya rela membakar dirinya laksana lilin. Ikhlas terlelehkan dirinya demi memberikan cahaya cintanya.

Cinta yang membuat menyemutnya barisan pendukung Prita. Cinta pula yang membuat orang rela berjibaku menjadi pembela bagi Bibit dan Chandra dalam kasus Cicak versus Buaya. Padahal para pembelanya itu tak pernah bersua dengan yang sedang dibelanya.

Namun, sesuai dengan fitrah dan kodratnya, datangnya rasa cinta itu memang sulit dilepaskan dari yang namanya selera. Dan, soal selera memang sesuatu yang tidak bisa diperdebatkan.

Bebicara soal selera, artikel lawas yang berjudul ‘De Gustibus Non Est Disputandum’ dengan sangat bernas telah menuliskan tentang hal ihwalnya selera.

De Gustibus Non Est Disputandum. Saya mendengar pepatah Latin ini sejak di bangku kuliah, tahun 1980-an. Arti dari pepatah itu kira-kira selera tidak bisa diperdebatkan…Tentu saja ke depan kita ingin Kompasiana mendiskusikan atau mendebatkan segala hal yang bisa didiskusikan atau diperdebatkan…Bukan menyangkut dukungan terhadap ketokohan seseorang secara dominan, karena niscaya, hal ini tidak bisa diperdebatkanDe Gustibus Non Est Disputandum, selera memang tidak bisa diperdebatkan. Tetapi, esensi dan substansi masih bisa kita diskusikan dan kita perdebatkan.

Begitulah kutipan dari artikelnya kang Pepih Nugroho.

Maka, bisa jadi karena seleralah maka orang rela ngotot membela kata ‘bangsat’ yang mempopulerkan oleh Ruhut Sitompul di gedung dewan yang terhormat.

Mungkin juga karena cintanyalah maka orang pun sepakat mendukung pendapatnya politisi partai Demokrat itu, bahwasanya ‘lebih cepat tak selalu lebih baik’ dalam soal cepat lambatnya proses dan pelaksanaan penangkapan Robert Tantular. Sehingga narapidana kasus skandal Century itu seharusnya layak berterimakasih kepada Jusuf Kalla.

Begitu pun cinta dan seleralah yang barangkali telah memotivasi dan menumbuhkan militansi dukungan terhadap Boediono dan Sri Mulyani serta SBY yang telah menggelontorkan uang negara sebesar Rp. 6,7 Trilyun dalam kasus skandal bailout bank Century.

Namun, terlepas dari itu semua, tak ada salahnya jika orang rela berlelah-lelah menorehkan tintanya demi rasa cintanya.

Bukan cinta yang karena dilandasi seleranya kepada tokoh yang dibelanya. Namun karena cinta kepada tanah air dan bangsanya.

Bukan cinta karena membela kebijakan yang hanya mensejahterakan sekelompok dan segilintir manusia Indonesia saja. Namun cinta karena kepeduliannya yang menginginkan agar lebih cepat terwujudnya tingkat kesejahteraan kehidupan yang lebih baik bagi seluruh rakyat Indonesia.

Maka biarkanlah jagad maya Kompasiana ini membara karena lantunan cinta.

Ya, karena lantunan cinta. Cinta yang seperti ditorehkan oleh Gendis Pambayun di Srikandi Lantunkan Cinta’.

Bahwasanya, biarlah Kompasiana membara lantaran terjadi saling debat, saling berargumen, saling tidak sepakat dan tak sependapat. Dimana terkadang tak terelakkan, terpeleset oleh semangat sehingga terjadi sebuah keterlanjuran yang berujung menjadi saling hujat dan mengumpat. Namun semua keterlanjuran itu, meminjam kutipan kalimatnya Gendis, semoga berlandaskan motivasi…sebab aku berjuang dibawah panji-panji kesatuan yang menuju keadilan… Sehingga walaupun…kau memang lawanku tapi bukan musuhku, sebab kita diikat oleh kekuatan cinta yang erat… Haqqul yakin, itu semua tentunya karena para penghuni jagad maya Kompasiana ini yang telah rela berlelah-lelah menorehkan pendapatnya itu lantaran cinta membaranya kepada tanah air dan bangsanya. Semoga cintalah yang menjadi warna di Kompasiana. Cinta kepada tanah air dan bangsanya. Cinta karena menginginkan cepat terwujudnya tingkat kesejahteraan kehidupan yang lebih baik bagi seluruh rakyat Indonesia.

Semoga demikian adanya.

Wallahualambishshawab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline