Lihat ke Halaman Asli

Boby Adhitama

Freelancer

Wapres Perempuan: Harapan, Perjalanan dan Tantangan

Diperbarui: 6 Oktober 2023   11:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Pemilihan Umum tahun ini menjadi saksi bagi harapan yang mendalam di hati saya, harapan bahwa Republik Indonesia akan memiliki seorang wakil presiden dari kalangan perempuan. Dalam optimisme yang membara, saya yakin bahwa harapan ini akan menjadi kenyataan, terutama ketika kita melihat beberapa tokoh perempuan seperti Khofifah Indar Parawansa, Yenny Wahid, dan Susi Pudjiastuti yang diangkat sebagai kandidat potensial untuk jabatan cawapres.

Kehadiran perempuan di panggung kepemimpinan, terutama sebagai wakil presiden, membawa potensi besar untuk memberikan manfaat yang luar biasa bagi bangsa dan negara kita. Pertama-tama, hal ini akan menjadi tanda bahwa Indonesia adalah negara yang kokoh dalam prinsip-prinsip demokrasi dan menghargai tingginya nilai kesetaraan gender. Kedua, perempuan membawa perspektif unik yang berbeda dari laki-laki, sehingga memberikan warna segar dalam dinamika pemerintahan. Ketiga, mereka mungkin akan menjadi teladan bagi perempuan lain, menginspirasi mereka untuk mengejar cita-cita mereka dengan semangat yang membara.

Menurut pandangan saya, kehadiran cawapres perempuan berpotensi untuk meningkatkan kualitas pemilihan umum. Mereka bisa menarik perhatian pemilih perempuan serta kelompok-kelompok rentan lainnya. Lebih dari itu, cawapres perempuan menjadi lambang nyata dari kesetaraan gender dan sebuah demokrasi yang semakin sempurna.

Tentu saja, pertanyaan apakah berpasangan dengan cawapres perempuan akan meningkatkan elektabilitas tergantung pada sejumlah faktor, seperti popularitas dan elektabilitas dari masing-masing kandidat, serta visi dan misi yang mereka tawarkan kepada masyarakat.

Namun, dalam perjalanan menuju pemilihan umum yang adil ini, kita tidak bisa mengabaikan kenyataan bahwa perempuan di Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan. Beberapa di antaranya adalah:

1. Stereotip Gender: Stereotip ini masih melekat dalam masyarakat kita, membuat perempuan sering kali dianggap tidak mampu memimpin atau tidak sesuai untuk posisi strategis.

2. Keterbatasan Akses dan Peluang: Masih ada kendala dalam akses perempuan terhadap pendidikan berkualitas dan pelatihan yang mereka butuhkan untuk bersaing di dunia kepemimpinan.

3. Diskriminasi: Diskriminasi terhadap perempuan masih terjadi di berbagai bidang, termasuk politik, ekonomi, dan sosial.

Untuk membantu perempuan mencapai posisi-posisi strategis yang mereka layakkan, diperlukan usaha bersama untuk mengubah stereotip gender, meningkatkan akses dan peluang, serta menghilangkan diskriminasi yang masih terjadi. Beberapa ide yang dapat kita pertimbangkan adalah:

1. Peningkatan Kesadaran Masyarakat: Perlu ada upaya untuk meningkatkan pemahaman masyarakat akan pentingnya kesetaraan gender.

2. Pengembangan Program dan Kebijakan: Program dan kebijakan yang mendukung pemberdayaan perempuan perlu dikembangkan dan diterapkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline