Lihat ke Halaman Asli

Berbagi Kisah Tentang Ganjar Pranowo

Diperbarui: 24 Juni 2015   14:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ganjar Pranowo belajar disiplin Lewat Nyemir Sepatu

Lahir di Tawangmangu Karanganyar 28 Oktober 1968, Ganjar Pranowo adalah anak kelima dari enam bersaudara pasangan S Parmuji dan Sri Suparni. Seperti kebanyakan tetangga sekitarnya, ia hidup dalam lingkungan keluarga yang amat sederhana.

Namun, di balik kesederhanaan, ayahnya yang seorang polisi tegas menanamkan nilai-nilai kedisiplinan. Sementara ibunya tekun mengajarkan norma-norma kehidupan kepada anak-anaknya dengan caranya yang khas sebagai ibu rumah tangga.

Sebentuk kedisiplinan yang ditanamkan ayahnya adalah memberi tugas kepada Ganjar dan saudara-saudaranya di pagi hari sebelum mereka berangkat sekolah. Ada yang beroleh jatah menimba air untuk mengisi bak mandi, menyapu rumah, pun menyemir sepatu ayahnya.

Dan oleh ayahnya, Ganjar saban hari beroleh tugas nyemir sepatu ayahnya. “Sebagai polisi, sepatu yang dikenakan bapak kan model “boot”. Jadi ya lumayan juga capeknya,” ucap Ganjar mengenang masa kecilnya.

Yang menarik, sekiranya Ganjar melakukan pekerjaan itu asal-asalan, ayahnya sontak akan memarahi. Ganjar pun diminta untuk menyemir ulang hingga kelihatan mengkilat. Mau tidak mau, Ganjar mengerjakannya dengan serius, sesuai yang telah dicontohkan ayahnya.

“Itu menjadi pekerjaan rutin saya setiap pagi sebelum berangkat ke sekolah,” kata Ganjar, “Belakangan saya sadar, itulah salah satu cara ayah saya agar saya selalu serius dan disiplin dalam mengerjakan sesuatu, meski itu kelihatan sepele,” tambahnya.

Ganjar tak lama bermukim di Tawangmangu. Kawasan sejuk nan menawan yang menjadi objek wisata pegunungan andalan Jateng itu terpaksa ia tinggalkan, lantaran ayahnya pindah tugas ke Kutoarjo. Di kota kecil berbatasan dengan DIY itu, ia menuntaskan pendidikan menengah di SMP Negeri 1, sebelum kemudian melanjutkan ke SMA Bopkri I Yogyakarta.

Di bangku sekolah menengah atas inilah kemandirian Ganjar mulai diuji. Dengan penghasilan orangtuanya yang pas-pasan, ia harus pintar membelanjakan cupetnya uang saku untuk rupa-rupa kebutuhan sehari-hari.

Toh, keprihatinan itu tak menyusutkan semangat Ganjar untuk tetap bersekolah. Sebaliknya, ia justru semakin bersemangat mengasah jiwa kemandirian dan kepemimpinannya dengan mengikuti kegiatan organisasi ekstra kurikuler pecinta alam.

Tahun 1987, seiring dengan selesainya pendidikan di SMA, Ganjar akhirnya berhasil mewujudkan keinginannya kuliah di Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta.

salam bobotoh




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline