Kembali mendengar berita duka ada pengidap HIV yg masih berusia muda, meninggal karena selama 3 taun sejak tau status merahasiakannya sehingga tidak akses ARV.Terbayang betapa tersiksanya selama akhir hidupnya harus terus menyembunyikan segala keluhannya hanya karena takut diasingkan akibat informasi terkait HIV (yang katanya sudah banyak tersedia) serba ditutup oleh pengidapnya.
Seberapa banyak awam yg tau bahwa pengidap HIV berbeda secara fisik dan kondisi kesehatannya dengan penderita AIDS (yang lebih banyak diekspose saat kondisi kritis).
ODHIV lain dengan entengnya langsung melakukan judgment "banyak orang merahasiakan statusnya knapa dia gak bisa?"
Apabila mau jujur apakah Kita bersedia menjawab mengapa Kita merahasiakan status HIV kita?
Mungkin jawaban terbanyak adalah karena takut dikucilkan.....
Beban sosial yang sangat berat, lalu layakkah melempar komentar "Masa gak bisa akses arv sendiri?"
Saat orang Tau status positif nya, sebagian besar orang memikirkan seperti cara pikir awam.....semakin bertambah kekuatirannya bila pendamping atau konselor kemudian ikut "mengisolasi" secara sosial....semakin tertutup akses informasi dan semakin tertekan karena tidak ada tempat untuk berbagi.
Informasi diluaran yang masih "dipercaya" (bahkan oleh survivor yg sudah lama sekalipun) :
1. HIV blm ada obatnya dan belum dapat disembuhkan
2. ODHIV=ODHA
3. Orang dengan HIV harus selalu menggunakan kondom untuk mencegah penularan kepasangan
4. Orang dengan HIV sangat rentan kondisi imunitasnya sehingga harus sangat berhati2 terutama dilarang makan makanan mentah apapun ataupun yg dibakar.
5. HIV akan selalu menyebabkan banyak penyakit, sehingga demam, ruam, diare selalu dicurigai infeksi HIV.
Terkadang tanpa sadar Kita terus "menghidupkan" mitos karena sudah berupa slogan dan malas berpikir kritis untuk melakukan perubahan sehingga informasi terkait hiv tidak pernah benar2 terbuka tanpa harus ada usaha menakut2i dengan foto2 penderita AIDS yang pastinya tidak semua orang dengan HIV (ODHIV) akan mengalaminya.....
So akankah Kita membiarkan "korban" ketidaktauan semakin banyak, sekalipun era informasi digital semua hal bisa diakses bebas??
Silahkan beri rating bila menyukai artikel ini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H