[caption id="attachment_316095" align="aligncenter" width="603" caption="Tiang Monorail. (Merdeka.com/Imam Buhori)"][/caption]
Warga Jakarta boleh pernah berbangga hati akan memiliki moda transportasi massal monorail, namun bangga hati itu juga akan terancam mangkrak dengan kembali terancam mangkraknya pembangunan proyek monorail itu.
Haruskah proyek monorail kembali mangkrak?
Jawabannya, tentu tidak. Bagi kaum optimis, pembangunan monorail harus tetap berlangsung. Bagi mereka yang yakin, monorail akan menjadi moda transportasi massal alternatif yang akan dapat mengurangi kemacetan di Jakarta.
Kenyamanan-kenyamanan yang ditawarkan Jakarta Monorail, diyakini dapat menarik orang-orang berduit untuk tidak enggan menggunakan Jakarta Monorail. Keyakinan ini dapat diperkuat bila pemerintah DKI Jakarta juga dapat menjamin kenyamanan bagi pejalan kaki.
Jakarta Monorail memang tidak sepenuhnya dapat diyakini akan mengurangi kemacetan di Jakarta, pemerintah DKI Jakarta tetap harus mengeluarkan peraturan-peraturan yang tegas dan juga sangat memberatkan.Misalnya, Pajak kendaraan yang sangat tinggi dan penerapana biaya parkir kendaraan yang mencekik leher pemilik kendaraan di wilayah-wilayah tertentu.
Lalu adakah kepentingan kelompok atas ancaman proyek mangkrak monorail?
Gubernur DKI Jakarta Jokowi yang baru beberapa belas bulan menjabat, kini mulai mengambil ancang-ancang untuk naik kelas memimpin Indonesia. Ujian-ujian singkat memimpin rakyat yang lebih besar setelah dari Surakarta pun masih tergolong singkat dilalui oleh Jokowi, ibarat tanaman hias yang dibonsai.
Menjelang pencapresan Jokowi oleh PDI Perjuangan, polemik antara Wagub DKI Jakarta Basuki Tjahaja Utama (Ahok) yang didukung oleh Gerindra, PT. Adhi Karya dan PT Jakarta Monorail pun muncul. Jokowi yang mencoba berada ditengah, mulai terjepit.