Lihat ke Halaman Asli

Kekasihku...

Diperbarui: 21 Januari 2017   19:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Wahai Kekasih..

Ketika hidup menuntut balik atas tingkah lakumu, percayalah bahwa hidup tidak sekedar menikmati hidup atas keinginan Sang Khalik padamu.

Ketika hidup menjegal tindak tandukmu, percayalah bahwa kita hidup bukan sekedar bernafas, bukan sekedar menikmati cumbu dunia.

Ketika hidup menuntutmu untuk bersuara, saat itulah kau harus tahu tindakan apa yang mesti diperbuat, sikap apa yang mesti disuarakan.

Apa yang dimiliki akal dan pikirmu untuk sekedar bekerja berdasarkan konsepsi-konsepsi yang telah diberikannya kepadamu. 

Kita yang diam, yang hanya melihat, tidak bersuara, tapi memiliki akal dan pikir, memiliki potensi untuk memecah ketidakwarasan tindak tanduk pemecah bangsa. 

Saatnya kita bersuara, suarakan persatuan kita, tebarkan benih-benih terbaikmu demi keberlanjutan bangsa kita. 

Untukmu wahai kaum takfiri, tidakkah engkau berfikir bahwa cintamu telah dibutakan oleh kepentingan politik semata?

Tidakkah kau sadar, cintamu dan cintaku juga cinta yang lainnya disalah gunakan oleh mereka?

Tidakkah kau tahu bahwa bangsa kita akan kembali ke masa lalu jika kau terlena akan pembodohan ini?

Jangan sampai kau menyadarinya ketika fajar tak lagi menyingsing. Karena terlambat sayang, sangat terlambat sebab gelap akan menggantikannya dengan gelap yang lebih pekat dibanding gelapnya Orde Baru, sebagaimana yang telah diceritakan Kakanda pujaanmu dan pujaanku.

Salam.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline