Lihat ke Halaman Asli

Indonesia, Tempat di Mana Pribumi Kehilangan Jati Dirinya

Diperbarui: 21 Desember 2016   17:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kehidupan sosial suatu bangsa akan dipandang indah jika terdapat keselarasan masyarakatnya dalam hidup berdampingan. Kehidupan sosial yang seperti ini merupakan dambaan setiap individu, menurut saya. Karena dengan adanya keselarasan, setiap orang dapat menyuarakan hak dan pendapatnya tanpa terintimidasi oleh kepentingan golongan dan tidak menjadi picik untuk menguatkan posisinya.

Walaupun pada dasarnya setiap orang memiliki kepentingan, untuk menjalankannya dibutuhkan langkah-langkah yang tepat. Akan tetapi, jika tidak terdapat keselarasan dalam kehidupan sosial, maka suatu bangsa dapat terpecah belah oleh hanya karena kepentingan ini. Pemikiran dan cara yang picik serta licik dapat digunakan untuk menjalankannya.

Disinilah sebenarnya suatu bangsa harus kembali dalam jati dirinya.

Bangsa Indonesia sejatinya dikenal sebagai bangsa yang terbuka, bermula dari kita dikenal sebagai Bumi Nusantara pada masa Singasari dan Majapahit, hingga masa Reformasi ini. Tetapi yang terjadi saat ini malah sebaliknya, kebhinekaan kita dibelah secara perlahan oleh golongan yang berkepentingan, kebhinekaan kita dimanipulasi untuk melancarkan rencana jahatnya, kebhinekaan kita digunakan sebagai alat untuk menjalankan hasrat jahat yang ada dalam benak golongan-golongan yang berkepentingan dan yang saling bentrok kepentingan.

Intinya, KEBHINEKAAN KITA TELAH DIPERKOSA HINGGA NANTI YANG TERSISA HANYALAH PENYESALAN JIKA BANGSA INI MENJADI HANCUR. KEBHINEKAAN KITA TELAH DISEPELEKAN OLEH GOLONGAN-GOLONGAN TERTENTU.

Apakah sebenarnya kita memang pantas untuk disepelekan? Apakah sebenarnya kita memang pantas untuk dipandang sebelah mata? Apakah sebenarnya Bangsa Indonesia ditakdirkan hanya untuk menjadi INLANDER?

Seharusnya pertanyaan ini dapat kita bungkam dengan sejarah bangsa kita yang besar. Bahkan, semestinya pertanyaan ini tidak layak untuk hadir dalam kehidupan berbangsa kita. Seharusnya yang ada sekarang adalah kemapanan diri sebagai bangsa yang intelek dengan pola pikir yang maju berazazkan Pancasila, yang mana merupakan dasar-dasar pandangan hidup bangsa kita yang besar ini.

Hingga pada akhirnya kita hanya terjebak pada hitam/putih, A/B, pria/wanita, kafir/suci, dan lain sejenisnya. Mengapa kita masih terjebak pada pandangan seperti ini??

Semoga dengan semakin berkembangnya zaman, kita dapat menyikapi hal-hal yang terjadi di sekitar kita dengan memaksimalkan potensi kita sebagai ciptaan yang sempurna memiliki akal dan pikiran, bukan dengan dasar paham kebenaran yang hanya kita pahami. 

Sekian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline