"Hormatilah Tuhan, dan cintailah manusia" (Raden Saleh, 1848)
Sebagai anak yang dibesarkan di Bogor, dan bersekolah dari TK sampai SMA, saya sering lalu lalang di Bondongan, Jalan Pahlawan, Empang . Gang Raden Saleh mungkin sudah puluhan bahkan ribuan kali saya lewati. Baru kali ini saya berziarah dan ikut haul ke 146 Raden Saleh pada Minggu, 24 September 2023.
Tiga bulan yang lalu (Juli 2023) saya pernah ziarah ke makam Raden Saleh setelah mengunjungi Kedai Kopi Mbah Sipit, hanya kala itu komplek makamnya terkunci. Beruntung hari ini saya bisa bergabung dengan jamaah dan orang-orang yang mencintai beliau dalam haul ke 146 ini. Acara ini dihadiri oleh Walikota Bogor, Kang Bima Arya, KH. Musthafa Abdulah bin Nuh mewakili MUI Kota Bogor, dan Habib Lutfi bin Ali bin Yahya atau orang lebih akrab memanggil Abah atau Habib Lutfi bin Yahya, dan para peserta undangan lainnya.
Kang Bima Arya bersama Pemerintah Kota Bogor pernah melakukan napak tilas untuk menelusuri jejak Raden Saleh di Kota Dresden, Jerman. Raden Saleh sempat belajar melukis ke Jerman, dan bermukim selama 6 tahun di sana. Raden Saleh bersahabat dengan Frederich Anton Serre, pensiunan Walikota yang juga merupakan tuan tanah.
Sebagai penghormatan seorang sahabat, pada tahun 1848 Anton Serre membangun masjid kecil di Kota Dresden, Jerman. Masjid itu diberi nama Masjid Biru. Pada pintu masuk masjid tertulis qoute dari Raden Saleh : "Hormatilah Tuhan, dan cintailah manusia". Masjid biru itu dibangun di tengah warga yang mayoritas beragama Kristen.
Penjaga rumah Anton Serre bercerita ke Kang Bima bahwa Raden Saleh pernah datang mengunjungi Anton Serre dari Paris dengan kereta kuda saat beliau sakit keras. Lalu Kang Bima menyampaikan betapa pruralis, humanis, dan luas jaringan pertemanan, serta betapa hebatnya Raden Saleh dalam menyayangi sahabatnya. Tak ada kata terlalu jauh untuk mengunjungi sahabat yang sakit.
Sedangkan Gatut Susanta, seniman Bogor menyatakan bahwa Raden Saleh bukan sekedar maestro seni lukis, melainkan pejuang yang mengangkat senjata bersama rakyat Tambun Bekasi. Saksi bisunya dapat kita lihat pada Gedung Joeang, Bekasi yang kini difungsikan sebagai museum. Raden Saleh kemudian ditangkap dan diasingkan ke Bogor sampai beliau wafat, namun referensi tentang hal itu tak banyak kita temui.
Sementara KH Musthofa Abdulah bin Nuh mewakili MUI Kota Bogor dalam pembukaan khotbahnya menyatakan kebanyakan dari kita merayakan hari kelahiran, bukan kematian (haul) padahal dari kematian itulah seseorang akan terlihat berhasil atau tidak dalam hidupnya. Metaforanya seperti seorang ibu yang mengundang Pak RT, Pak RW, warga kampung, ketika anak tersebut sedang ujian (ulang tahun kelahiran), sejatinya perayaan barulah bisa dilaksanakan ketika anaknya lulus ujian dengan hasil gemilang. Naif sekali jika dirayakan ketika ujian (perayaan ulang tahun).
Dari kematian inilah seseorang akan terlihat nilai kehidupannya karena memang dunia ini adalah negeri ujian. Kelahiran adalah awal dari ujian, dan nilai akan tampil ketika kita selesai ujian. "Orang-orang yang kita peringati haulnya adalah orang-orang yang telah berhasil dalam hidup."
Nah bapak-ibu serta para pembaca sekalian, apakah yang orang lain ingin kenang setelah kematian Anda?