Lihat ke Halaman Asli

Bobby Prabawa

ghost writer, copywriter, dan editor

Museum Perjuangan Bogor, Tempat yang Pernah Jadi Kebanggaan, dan Kini Dilupakan

Diperbarui: 2 Agustus 2023   14:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Museum Perjuangan Bogor, dokpri

Perjalanan saya sesungguhnya adalah mencari obat di Kimia Farma, namun saya tergoda untuk mampir ke Museum Perjuangan Bogor. Museum ini pernah jadi kebanggaan dan kini dilupakan menjelang perayaan kemerdekaan.

Museum ini mengambarkan situasi Republik Indonesia di daerah eks Keresidenan Bogor, Jawa Barat. Sejak Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1945 sampai dengan cease fire order tepatnya pada 27 Desember 1945. Museum Perjuangan Bogor diresmikan dan dibuka untuk umum pada tanggal 15 Agustus 1958 oleh Panglima T.T III/Siliwangi Kolonel R.A Kosasih.

Maksud pendirian museum ini antara lain.

  • Untuk mewariskan semangat, jiwa serta nilai juang 45 kepada generasi sekarang, dan penerus perjuangan bangsa.
  • Untuk menyimpan benda-benda bersejarah yang dipergunakan dalam revolusi fisik perang kemerdekaan RI tahun 1945 (aksi militer Belanda I dan II).
  • Agar generasi penerus tidak “Adam Loli tapel” yakni generasi yang tidak khilaf pada asal. Asal bangsa Indonesia yang memounyai ciri dan pribadi Indonesia serta berwawasan Nusantara yang dituangkan dalam falsafah negara kita, Pancasila.

Baju relawan PMI yang penuh noda darah, dokpri

Koleksi pada museum ini berupa sisa-sisa bukti perang  kemerdekaan, pakaian, dan diorama para pejuang dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Tahukah Anda bahwa sebagian senjata yang digunakan saat perang kemerdekaan adalah hasil rampasan perang dari tentara Belanda dan Jepang.

Museum ini dulunya adalah gudang senjata Jepang. Terdiri dari dua lantai, lantai pertama berisi senjata rampasan perang, koran di masa perjuangan, uang ORI, beringin bolong, kemudian di lantai dua berisi diorama, pakaian tentara Badan Keamanan Rakyat (BKR), pakaian relawan PMI, mesin jahit singer, mesin ketik, kursi eksekusi Pak Ledang, dan foto-foto para pejuang. Museum ini lokasinya dekat Terminal Angkot Merdeka. Untuk menuju museum ini Anda bisa naik angkot 07 dari Warung Jambu. Tiket masuknya hanya Rp20k. Seperti yang terjadi pada museum lainnya, museum perjuangan ini sepi pengunjung, jika ada tugas dari sekolah, barulah gedung museum ramai oleh suara anak-anak sekolah. Lebih tepatnya museum ini hidup segan, mati tak mau.

Ada banyak diorama di museum ini, namun yang paling diingat adalah diorama pertempuran pasukan Kapten Muslihat. Inilah kisah heroik Kapten Muslihat.

Diorama pertempuran Letnan Muslihat, dokpri

Tubagus Muslihat merupakan Komandan Kompi IV Batalyon II Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Saat itu beliau berpangkat letnan. Pada suatu kesempatan Letnan Muslihat memimpin pasukan untuk menyerang markas-markas Inggris. Pertempuran itu terjadi di daerah sekitar Taman Topi Bogor (sekarang Alun-Alun). Pasukan Letnan Muslihat bergerak dari Gunung Batu menuju kantor polisi di Jalan Banten (Polresta Kota Bogor- Jalan Kapten Muslihat sekarang) yang diduduki tentara sekutu (Inggris). Pada pertempuran 25 Desember 1945 ini, Letnan Muslihat gugur dan tertembak pada bagian perut. Lokasi tertembaknya Kapten Muslihat diberi tanda lingkaran berwarna oranye (dekat rel kereta api). Sebagai penghormatan atas jasanya , pangkat Letnan Muslihat dinaikkan menjadi Kapten Anumerta.

Letnan Muslihat ditembak pasukan Gurkha (tentara bayaran Inggris) yang menyerang Kota Bogor di dekat Jembatan Merah. Setelah tertembak, Letnan Muslihat langsung dibawa ke rumah di Panaragan dan meninggal dipangkuan istrinya. Beliau berpesan agar seluruh uangnya yang berjumlah Rp600 diberikan kepada fakir miskin, dan jika istrinya melahirkan anak laki-laki tolong dia nama Gelar Merdeka. Letnan Muslihat kemudian dimakamkan di TPU Dereded.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline