Lihat ke Halaman Asli

Bobby Prabawa

ghost writer, copywriter, dan editor

Tokoh Pendukung Sumpah Pemuda dan Perekam Indonesia Raya yang Tidak Dituliskan pada Buku Sejarah

Diperbarui: 2 Agustus 2023   14:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Museum Sumpah Pemuda, dokpri 

Hari ini (1/8/23) saya ikut menjadi peserta riset coklat di Jalan Kramat 2. Notifikasi di gmap bilang bahwa Museum Sumpah Pemuda berjarak 4 menit jalan kaki dari tempat riset coklat. Saya coba tanyakan pada pada remaja tanggung yang merupakan warga Jalan Kramat.

Permisi Dik, numpang tanya kalau Museum Sumpah Pemuda, arahnya ke mana ya?

Maafkan, saya kurang tahu Pak, jawab dia singkat.

Museum Sumpah Pemuda adalah rumah indekost milik Sie Kong Lian, dokpri

Gmap lebih bisa diandalkan sebagai petunjuk. Akhirnya sampailah saya di depan halaman Museum Sumpah Pemuda. Bangunan  di Jalan Kramat 106 tempat dibacakannya ikrar Sumpah Pemuda, dan dikumandangkan lagu Indonesia Raya pada pertama kalinya, itu adalah sebuah rumah indekost milik Sie Kong Lian. Ia menyewakan rumahnya kepada pelajar di Batavia sejak 1920. Anak rantau yang mondok di sini terdiri dari Jong Java yang kuliah di STOVIA (sekolah dokter Jawa), dan RHS (sekolah hukum).  

Di rumah itu para pemuda berdiskusi, bermain gitar, bermain biliar, hingga berkesenian. Rumah itu dijadikan basecamp dan diberi nama Gedung Indonesische Clubgebow. Pemuda Jong Java yang kuliah di STOVIA bergabung dengan komunitas kesenian Jawa yaitu Langen Siswo. Para anggota Langen Siswo tinggal dan makan di rumah indekost ini dengan uang sewa f.1.250. Biaya itu sudah termasuk makan tiga kali sehari. Ada juga para pelajar yang hanya membayar biaya sewa kos f.750, mereka memasak sendiri, atau beli jadi di warteg, dalam rangka berhemat.

"Makan pagi, siang, dan malam di Langen Siswo lauk pauknya terdiri atas setengah telur goreng, sekerat daging, sambal goreng, tempe, masakan sayur (lodeh, buncis, dsb), sambal bajak, dan pisang sebuah. Nasi tidak terbatas. Strategi saya : nasi piring pertama dimakan dengan sayur, dan sambal bajak, nasi piring kedua dengan daging, tempe, nasi piring ketiga dengan setengah ceplok telur, kemudian saya makan pisang untuk menghilangkan rasa amis. Kadang-kadang di hari tua ini, saya merasa nostalgia akan sayur lodeh, dan sambal bajak khas Langen Siswo."

Prof. Dr. Poorwo Soedarmo, Bapak Gizi Indonesia. 

Setelah para mahasiswa itu lulus, tahun 1934 Sie Kong Lian menyewakan rumah di Jalan Kramat 106 kepada kerabatnya, Pang Tjem Jam (1934 -- 1937). Kemudian pada tahun 1937 -1948 rumah itu disewakan kepada Loh Jin Tjoe untuk dijadikan toko bunga. Setelah kemerdekaan, rumah di Jalan Kramat dijadikan sebagai hotel, lalu kantor bea cukai. Pada 3 April 1973, Gedung Kramat 106 dipugar Pemda DKI Jakarta. Pemugaran selesai 20 Mei 1973. Satu tahun kemudian, pada 20 Mei 1974, Gedung Kramat 106 itu diresmikan sebagai Gedung Sumpah Pemuda.

Potret Sie Kong Lian, dokpri

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline