Di balik ceria dan renyah tawamu kala mewarta kabar dunia, ada mendung kelabu yang selalu menggelayut di kalbumuĀ
Mendung yang terus berkabung, dalam senandung pilu penyintas pelecehan masa laluĀ
Di samping pembaringan engkau menyimpan sebilah pisau
bukan karena benci, hanya karena luka hati tak terobati yang terus mencipta risauĀ
aku lelaki, malu menjadi lelaki kala menyimak kisah pilumuĀ
lelaki yang dilahirkan puan, namun selalu gagal melindungi puanĀ
lelaki yang lebih kuat, tetapi lemah melawan hasratĀ
lelaki yang dicipta sebagai pelindung, namun linglung
ah, maafkan aku, IreneĀ
teriring untaian doaku untuk sang srikandi penyintas: