Cinta kita menua bersama punggung yang merapuh. Otot-otot yang tak lagi tangguh.Â
Cinta kita menua bersama denyut jantung melemah. Pipi yang tak lagi merona merah.
Cinta kita menua bersama pohon jambu. Kita tanam saat lahir jabang bayi itu. Permata hati yang sayangnya cepat pergi terlalu.
Cinta kita menua bersama foto candramawa. Hari bahagia dibalut derita. Yang tahu hanya kita berdua. Kau dan aku yang piawai menyembunyikan tangis di balik tawa.Â
Cinta kita menua bersama kecipak sungai di samping pondok kita. Tempat kita melarung luka cinta segitiga. Kebodohan masa muda yang berujung sesal senjakala.Â
Cinta kita menua bersama doa-doa. Yang basah oleh air mata. Yang menyublim dalam sujud alim.Â
Cinta kita memang telah menua. Tapi, engkau tahu, kiranaku: bersandarlah di pundak hatiku yang selalu muda.Â
Aku pun mafhum, engkau menanam untukku sekuntum puspasmara baka di taman batinmu nan ranum.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H