Momen Lebaran menjadi perayaan kebersamaan bagi bangsa Indonesia yang beragam. Di kampung saya, sebelum pandemi terjadi, Lebaran selalu semarak dengan aneka kegiatan.
Bersih-bersih desa, silaturahim antarwarga, dan juga berbagi bingkisan Lebaran menjadi budaya adiluhung yang terus dijunjung.
Berbicara tentang parcel Lebaran, ada banyak pilihan. Yang lazim adalah penganan, perlengkapan rumah tangga, peralatan ibadah, dan pakaian. Tentu niat mulia di balik tiap parcel adalah ketulusan untuk bersilaturahmi dan bersaudara.Â
Banyak orang belum menyadari dampak parcel tak ramah lingkungan. Demikian pula, mungkin kita belum berpikir mengenai alternatif parcel Lebaran ramah lingkungan dan rendah jejak karbon. Mari kita ulik!
Parcel dan sampah tak terurai
Kita tidak bisa menutup mata kita dari kenyataan bahwa parcel Lebaran pun bisa menimbulkan sampah yang tidak terurai. Biasanya pembungkus parcel terbuat dari bahan sulit terurai seperti plastik.
Sayangnya, ada pula parcel yang sebenarnya isinya tidak seberapa, namun dilapisi bungkus plastik berlapis-lapis. Hal ini makin memperparah dampak ekologis yang ditimbulkan.
Parcel dan sampah makanan
Kita sering mendengar, adanya oknum nakal yang menjual makanan kedaluwarsa dalam parcel Lebaran. Seringkali didapati parcel dengan makanan dan minuman yang sudah tidak layak konsumsi lagi di toko-toko.
Selain itu, belum tentu si penerima dan keluarganya menyukai makanan dan minuman yang kita kirim sebagai parcel Lebaran.Â
Makanan dan minuman kedaluwarsa dapat menimbulkan sampah makanan. Indonesia menurut survei The Economist menduduki peringkat kedua negara dengan sampah makanan terbanyak di dunia.
Baca selengkapnya: 7 Kiat Cerdas Gaya Hidup Minim Sampah Makanan Mulai dari Rumah