Lihat ke Halaman Asli

Ruang Berbagi

TERVERIFIKASI

🌱

Tiga Cara Jitu Detoks Mandiri dari Ujaran Kebencian di Media

Diperbarui: 18 November 2020   09:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Photo by NordWood Themes on Unsplash

Maraknya ujaran kebencian di media massa dan media sosial telah membuat banyak orang terdampak secara sosial dan psikologis. Alih-alih mendapat inspirasi, kegiatan menonton berita atau membaca surat kabar kini bisa jadi sesuatu yang membuat kejiwaan kita tertekan.

Mengapa media massa dan media sosial dipenuhi ujaran kebencian? Yang lebih berbahaya sebenarnya adalah "ujaran kebencian tidak langsung". Ujaran jenis ini muncul justru ketika kita membaca berita aktual atau hardnews yang membuat kita marah.

Sama halnya kala kita membuka media sosial. Unggahan teman atau orang yang kita ikuti dipenuhi hal-hal yang hanya bikin kejengkelan di hati. Kita terpancing membalas dengan keras komentar medsos yang mengejek idola (politik) kita atau menyinggung identitas suku, agama, dan ras kita.

Itulah beberapa gejala yang menandakan bahwa kita perlu melakukan detoksifikasi dari ujaran kebencian di media massa dan sosial.

Tiga Cara Detoks dari Ujaran Kebencian di Medsos

Saya sendiri sudah berkali-kali mengalami dampak buruk ujaran kebencian, baik langsung maupun tidak langsung, di media massa maupun media sosial. 

Bahkan hal ini mempengaruhi keseimbangan emosional. Jadi geram dan tak henti-henti mencela oknum atau lembaga yang bikin jengkel dan marah sepanjang hari.

Saya pikir, saya tidak boleh membiarkan ujaran kebencian itu merusak kesehatan mental dan ragawi saya. Karena itu, perlahan-lahan saya mencoba melakukan detoksifikasi atau detoks mandiri dari ujaran kebencian.

Pertama, cermat memilih referensi media massa dan medsos yang "damai"

Sebenarnya, tidak sulit membedakan mana media massa yang bikin kita secara tidak langsung mengonsumsi ujaran kebencian. Coba renungkan sebentar: setelah baca koran, nonton saluran tv, atau melihat konten di media massa tertentu, apakah hati cenderung jadi damai atau jadi jengkel?

Beberapa situs berita yang cenderung buat judul bombastis dan memancing emosi negatif kini sangat jarang atau bahkan tidak saya baca lagi. Juga situs berita yang gemar sekali mengulik isu SARA dan politik berat sebelah sebagai sajian utama.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline