Lihat ke Halaman Asli

Ruang Berbagi

TERVERIFIKASI

🌱

Makna Makan Ketan dalam Ritual Rumah Baru Dayak Ma'anyan

Diperbarui: 8 Oktober 2020   04:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Makan ketan merah-putih - dok Suster Sari PI

Rumah bukan sekadar bangunan tempat bermukim. Rumah adalah bagian integral dari keberadaan setiap insan. 

Membangun rumah pun tak bisa asal-asalan. Dalam tiap kebudayaan adiluhung, ada ritual pembangunan rumah yang kaya makna. 

Demikian halnya acara adat yang menyertai proses pembangunan rumah warga Suku Dayak Ma'anyan yang tinggal di Tamiang Layang.

Tamiang Layang adalah pusat pemerintahan Kabupaten Barito Timur, Kalimantan Tengah. 

Legenda di Balik Nama Tamiang Layang

Ada beragam versi legenda di balik nama Tamiang Layang. Menurut sejumlah narasumber, setidaknya ada tiga versi berbeda.

Salah satunya, nama Tamiang Layang berasal dari nama seorang tokoh bernama Damang yang tersesat (layang dalam bahasa Ma'anyan) dalam upaya melamar Puteri Mayang Sari.

Sang puteri rupawan bak mestika gamat ternyata telah wafat ketika Damang tiba di daerah bernama asli Sangarasi. Akhirnya daerah itu dinamai "Tamiang Layang" atau "Damang Layang" (yang tersesat). Versi kedua dan ketiga dapat kita simak dalam laman berikut ini (sila klik).

Pak Akup, "Tersesat dalam Gelap" 

Tak jauh berbeda dengan nasib Damang, Pak Akup, juga "tersesat dalam gelap" di sebuah kampung bernama Hayaping, Kelurahan Awang, Kabupaten Barito Timur. Kampung ini berjarak 21 km dari Tamiang Layang.

Pak Akup tak bisa bergerak dengan leluasa karena ia seorang tunanetra. Ia tinggal di sebuah pondok reyot. Tiada fasilitas MCK. Pak Akup harus susah payah berjalan menuju sungai terdekat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline