Kompasiana sayang,
Awalnya, engkau adalah persinggahan bagi jurnalis Kompas yang ingin ngeblog. Kini engkau telah menjelma jadi pelabuhan hati bagi ribuan, bahkan jutaan warga yang jadi penulis dan pembaca.
Aku ingat, salah satu hal yang membuatku jatuh hati padamu adalah adanya artikel jurnalisme warga yang memesona.
Tanpa bermaksud mengecilkan penulis lain, boleh, ya aku kutip beberapa nama penulis jurnalisme warga yang sempat aku kenal.
Waktu itu aku melihat reportase Mbah Ukik tentang pesona desa. Juga membaca laporan dari lapangan karya Ibu Leya Cattleya.
Para penulis yang (pernah) jadi perantau seperti Bapak Tjiptadinata Effendi-Ibu Roselina, Ibu Gaganawati Stegmann, Ibu Hennie Triana, ibu Visca, Mas Lupin The Third, rekan Gobin Gd, Tareq Albana, dan masih banyak lagi -ikut meramaikan dengan tulisan reportase luar negeri.
Penulis (aktif) saat ini pun banyak yang setia atau kadang menulis isu lokal. Sebut saja Ibu Suprihati, Pak Kartika Eka H, Pak Djulianto Susantio, Guido Arisso, Neno Anderias Salukh, Fauji Yamin, Teopilus Tarigan, Perof Felix Tani, rekan Gregorius Nyaming, Marahalim Siagian, I Ketut Suweca, dan masih banyak lagi.
Jika harus aku buat senarai semua penulis reportase warga di Kompasiana, semua kitab di dunia ini tidak akan cukup!
Jadi, jika nama Anda belum masuk dalam daftar pendekku, jangan marah. Lagipula aku ini mengetik sambil menahan kantuk ^_^.
Penulis Politik Meraja di Rumah Jurnalisme Warga?
Emang salah, ya, jadi penulis politik di Kompasiana? Kalau Anda penulis kanal politik, jangan marah dulu. Jelek-jelek begini, saya juga ikut nimbrung di kanal politik. Semua rekan penulis politik adalah rekan "seprofesi" saya juga.