Tagar "Terserah Indonesia" ramai di medsos Twitter. Warganet memajang foto-foto kerumunan orang di pasar, mal, bandara, dan aneka tempat lainnya.Â
Seakan tak peduli bahaya corona.
Kaum yang tak peduli dengan bahaya Covid-19 ini kini kerap disebut sebagai para covidiot. Ini gabungan dari kata covid dan idiot.
Warganet lantas mengunggah foto para tenaga medis yang memegang tulisan bertema "Indonesia terserah" atau "Suka-suka kalian saja". Ini protes keras bagi para covidiot yang tak peduli pada pengorbanan tenaga medis.Â
Pertanyaannya, bagaimana mengikis kebodohan para covidiot ini agar tak makin parah? Kiranya ada 3 cara mencegahnya.
1. Kehadiran aparat negara dan instrumen hukum yang jelas
Dikutip dari kompas.com, sepekan menjelang Lebaran di tengah PSBB, warga Jakarta justru giat berbelanja baju baru di Pasar Tanah Abang. Para pedagang tetap buka seperti biasa, seolah corona tidak ada. Warga bahkan membawa serta anak-anak. Rombongan lebih dari lima orang sudah biasa terlihat.Â
Pedagang baru tertib menutup lapak dan menerapkan jarak antarpribadi ketika aparat bertindak. Ketika aparat pergi, aktivitas kembali seperti semula.Â
Ini realita di lapangan. Meski presiden dan kepala daerah teriak-teriak pun, warga tetap bandel. Maka cara terbaik adalah ketegasan menindak orang yang membandel ini.Â
Sayangnya, hingga kini belum ada instrumen hukum yang jelas untuk menghukum para warga yang membandel ini. Bentuk sanksi yang dikenakan tidak seragam. Ada petugas yang menyuruh pelanggar untuk push-up. Kadang aparat hanya bisa membentak atau menyuruh pelanggar membersihkan sampah.
Di negara-negara Eropa, pemerintah tegas membuat hukum berisi denda terukur bagi pelanggar aturan penanggulangan corona. Di Italia, misalnya, denda mencapai jutaan rupiah untuk tiap pelanggaran lockdown. Sanksi serupa diterapkan di Singapura dan Vietnam.Â