Deasy Esterina, gadis asal Ambarawa, Jawa Tengah adalah pebisnis muda dengan rencana dan renjana (passion). Berbeda dengan rekan-rekan sebayanya yang sebagian akhirnya memilih jadi PNS dan karyawan swasta, Deasy memilih bisnis tas unik dari sampah plastik.
Minat Deasy Esterina, dara kelahiran tahun 1990 pada bisnis tas muncul dari teladan orang tuanya yang telah lebih dulu terjun dalam bisnis tas dan dompet. Deasy memang berkuliah di jurusan arsitektur interior. Menariknya, ia memanfaatkan dua faktor itu sebagai bekal berharga untuk menekuni bisnis tas dari sampah plastik, suatu bisnis kreatif yang sekaligus ramah lingkungan.Â
Deasy adalah pendiri dan sekaligus desainer tas dan aneka produk berbahan plastik daur ulang yang ia namai dengan merek dagang Kreskros. Usahanya beralamat di Jalan Jenderal Sudirman No 43 Ambarawa.
Ia memang sengaja memilih sampah plastik sebagai bahan baku produk fesyennya demi menyelamatkan bumi dari ancaman sampah plastik.Â
Menariknya, bisnis Deasy Esterina ini melibatkan para ibu di Ambarawa, kampung halamannya. Sampah plastik secara manual didaur ulang oleh para ibu yang menjadi mitra Deasy. Utamanya, usaha Deasy memanfaatkan sisa-sisa plastik dari pabrik benang yang lantas dibuat menjadi tas berdesain modern. Tak sembarang limbah, usaha Deasy hanya menggunakan limbah plastik yang bersih dan tidak tercemar dari pabrik-pabrik di sekitar Ambarawa.
Awal Mula Bisnis Tas Unik dari Sampah Plastik
Pada tahun 2014, Deasy mengikuti pameran Surabaya Design It Yourself. Ia menjual tas berbahan baku limbah. Ternyata para pembeli menyukai tas unik dari limbah plastik. Tanggapan positif ini membuat Deasy  mantap mengembangkan usahanya.
Selama sekitar dua tahun, ia mematangkan konsep usaha sambil mengumpulkan modal dengan bekerja pada bisnis ayahnya yang juga perajin tas dan dompet. Pada tahun 2016, Deasy "meluncurkan  ulang" usaha tas berbahan limbah dengan pengelolaan yang lebih profesional. Deasy memekerjakan 10 karyawan. Volume produksi tiap bulannya 60-120 tas.Â
Bisnis Ramah Lingkungan
Deasy mengatakan, sebagai pengusaha ia ingin membangun bisnis yang ramah lingkungan. Usaha tas yang ia kelola berkontribusi mengolah limbah dan mengubah limbah jadi produk yang bisa dipakai lagi.
Selain itu, Deasy mendidik karyawannya untuk memilah sampah. Ia menyelenggarakan lokakarya pemilahan sampah bagi pekerjanya. Bukan hanya di tempat kerja saja, para pekerjanya ia arahkan untuk juga memilah sampah di rumah masing-masing.
Bisnis Mulai Mendunia
Awalnya Deasy mengikuti bazar nasional. Ia kemudian mengikuti bazar di Singapura, yang mengantarnya hingga mendapat jaringan rekan-rekan SME (small and medium enterprises). Kelompok SME itu saling merekomendasikan produk pada konsumen. Dari upaya promosi dan berjejaring ini, Deasy mendapat pesanan rutin dari Singapura dan Australia. Tiap bulan ia mengirim dua lusin ke dua negara itu.
Deasy mengakui, proses produksi tas dari limbah memang rumit dan mahal sehingga harga produknya juga mahal. Maka ia memang memasarkan tas buatannya untuk segmen menengah ke atas.Â